KOMPAS.com - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mengajak semua pihak, pemerintah maupun masyarakat, untuk terus menjaga dan melestarikan habitat burung kakatua kecil jambul kuning di Taman Nasional Moyo Satonda di Pulau Sumbawa.
Kepala BKSDA Provinsi NTB Budhy Kurniawan mengatakan, pihaknya saat ini tengah menyusun peta jalan (roadmap) kakatua kecil jambu kuning di Pulau Moyo. Kegiatan ini untuk menyinergikan berbagai level perencanaan.
Perencanaan yang dilakukan di Taman Nasional Moyo Satonda, kata dia, harus selaras dengan perencanaan di daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten.
"Salah satu poin yang masuk dalam pembahasan adalah bagaimana menjaga spesies burung kakatua kecil jambul kuning," ujar Budhy, dikutip dari Antara, Rabu (3/7/2024).
Baca juga: Human Initiative Salurkan Hewan Kurban bagi 156.097 Orang di Pelosok
Tantangan Taman Nasional Moyo Satonda adalah nilai penting sebuah kawasan. Apalagi, Pulau Moyo merupakan habitat penting bagi satwa kakatua kecil jambul kuning.
"Upaya konservasi oleh berbagai pihak diperlukan untuk mendukung kelestarian burung ini," imbuhnya.
Budhy menjelaskan,di NTB terdapat dua habitat yang cukup baik bagi satwa kakatua kecil jambul kuning. Pertama, di daerah Tatar Sepang Kabupaten Sumbawa Barat, kedua di daerah Pulau Moyo yang memiliki habitat yang cukup baik.
"Di Sumbawa Barat tersisa 7 ekor, serta di Moyo tersisa 51 ekor kakatua kecil jambul kuning. Sementara di Pulau Lombok tidak ditemukan lagi spesies satwa tersebut," terang dia.
Selain itu, Moyo juga menjadi sumber penghidupan masyarakat yang tersebar di dua desa di pulau tersebut.
Dengan demikian, memadukan pemeliharaan satwa terlindungi dan kesejahteraan warga lokal adalah bagian dari tugas BKSDA maupun pihak terkait lainnya.
"Itu tantangan kita bagaimana mereka tetap menjadi aspek kesejahteraan, mereka harus mendapatkan manfaat. Sehingga masyarakat pun mau tak mau harus menjadi bagian dalam pengelolaan Taman Nasional ini, penghidupan mereka kita jamin tanpa merusak lingkungan," tutur Budhy.
Baca juga: Kawanan Hewan Ini Mampu Serap Karbon Setara 84.000 Mobil
Ia mengatakan, strategi yang dilakukan oleh BKSDA NTB untuk menyejahterakan warga lokal yaitu dengan memanfaatkan sumber daya alam yang berkelanjutan dengan memanfaatkan potensi jasa lingkungan. Sehingga, jasa wisata di Moyo akan dikembangkan menjadi salah satu mata pencaharian mereka.
Taman Nasional Moyo Satonda, sudah lama berkembang sebagai tempat berwisata. Misalnya, terdapat air terjun mata jitu, gua kelelawar, dan wisata lainnya.
"Itu sudah berjalan. Namun, karena sudah berubah fungsi menjadi Taman Nasional dengan pola pengelolaan berdasarkan zonasi, kami lebih memastikan ruang-ruang. Mana ruang untuk satwa, ruang untuk masyarakat, itu yang kita atur,” pungkas Budhy.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya