KOMPAS.com - Raksasa teknologi Google dalam laporan lingkunganya mengumumkan, emisi gas rumah kaca (GRK) perusahaan melonjak 48 persen dalam lima tahun terakhir.
Penyebab utamanya adalah konsumsi listrik pusat data yang meroket untuk mendukung produk-produk kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) barunya.
Perusahaan juga mengungkapkan, emisi pada 2023 telah meningkat 13 persen dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai 14,3 juta metrik ton.
Baca juga: 70 Persen Emisi Karbon Indonesia Berasal dari Industri, Apa Solusinya?
Dilansir dari The Guardian, Selasa (2/7/2024), Google memang telah banyak berinvestasi dalam AI.
Google kini mengakui, tujuan mereka untuk mencapai emisi nol bersih atau net zero emission (NZE) pada 2030 tidak akan mudah.
Perusahaan menyampaikan, ketidakpastian yang signifikan dalam mencapai target tersebut termasuk ketidakpastian mengenai dampak AI terhadap lingkungan di masa depan, yang kompleks dan sulit diprediksi.
Di sisi lain, Badan Energi Internasional atau International Energy Agency (IEA) memperkirakan, total konsumsi listrik pusat data pada 2026 dapat meningkat dua kali lipat menjadi 1.000 terawatt jam (TWh) dibandingkan 2022.
Baca juga: Energi Fosil Bikin Program Hilirisasi dan Bebas Emisi Tak Koheren
AI sendiri diprediksi membutuhkan pusat data yang menggunakan 4,5 persen pembangkit energi global pada 2030, menurut penghitungan perusahaan riset SemiAnalysis.
Pusat data memang memainkan peran penting dalam melatih dan mengoperasikan model kecerdasan buatan seperti Gemini dari Google dan GPT-4 dari OpenAI.
Tahun ini, Microsoft mengakui, penggunaan energi yang terkait dengan pusat datanya membahayakan target untuk menjadi negatif karbon pada 2030.
Presiden Microsoft Brad Smith mengatakan pada Mei, target tersebut akan mengalami evaluasi karena strategi AI perusahaan.
Baca juga: Booming Belanja Daring Bikin Emisi Penerbangan Meroket 25 Persen
Di satu sisi, perusahaan-perusahaan teknologi besar telah menjadi pembeli utama energi terbarukan dalam upaya mencapai tujuan iklim mereka.
Namun, janji untuk mengurangi emisi kini bertentangan dengan janji untuk berinvestasi besar-besaran pada produk AI yang memerlukan energi listrik dalam jumlah besar untuk pelatihan dan penerapan di pusat data.
Selain itu, emisi karbon juga dihasilkan dari kegiatan terkait dengan pembuatan dan pengangkutan server komputer dan chip yang digunakan dalam proses tersebut.
Penggunaan air juga menjai faktor lingkungan lain yang menjadi isu AI. Sebuah penelitian memperkirakan, AI dapat menyebabkan hingga 6,6 miliar meter kubik penggunaan air pada 2027, hampir dua pertiga dari konsumsi tahunan Inggris.
Baca juga: Kejar Nol Emisi Karbon, ABB Dorong Kolaborasi dengan Industri
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya