KOMPAS.com - Organisasi Meteorologi Internasional atau World Meteorogical Organization (WMO) memprediksi, 60 persen kemungkinan La Nina terjadi pada akhir tahun ini.
Menurut prakiraan terbaru dari WMO, La Nina diprediksi terjadi antara Oktober 2024 hingga Februari 2025.
Dalam kurun waktu tersebut, peluang El Nino berkembang kembali menjadi sangat kecil.
Baca juga: Indonesia Alami La Nina pada Agustus 2024, Tanda Awal Musim Hujan Maju?
La Nina adalah fenomena alam yang menyebabkan udara terasa lebih dingin atau mengalami curah hujan yang lebih tinggi.
La Nina menjadi salah satu faktor yang menyebabkan musim hujan selain angin muson.
Nama La Nina diambil dari bahasa Spanyol yang berarti gadis kecil. Fenomena ini merupakan kebalikan dari fenomena El Nino yang menyebabkan suhu panas.
Sekretaris Jenderal WMO Celeste Saulo mengatakan, selama tiga bulan terakhir, Bumi mengalami kondisi netral alias tidak ada El Nino maupun La Nina.
Baca juga: Sama-sama Pola Iklim, Apa Beda Fenomena El Nino dan La Nina?
"Namun, kami masih melihat kondisi cuaca ekstrem yang meluas, termasuk panas yang menyengat dan curah hujan yang dahsyat. Inilah sebabnya mengapa adanya peringatan dini tetap menjadi prioritas utama WMO," kata Saulo dikutip dari siaran pers, Rabu (11/9/2024).
Dia menyampaikan, prakiraan untuk El Nino dan La Nina beserta dampak terkait pada pola iklim secara global merupakan upaya penting untuk menginformasikan peringatan dan tindakan dini.
Di sisi lain, fenomena alami seperti La Nina dan El Nino saat ini memiliki dampak dan efek yang lebih besar karena perubahan iklim.
Perubahan iklim telah meningkatkan suhu global, memperburuk cuaca dan iklim ekstrem, serta memengaruhi curah hujan musiman dan pola suhu.
Saulo menuturkan, sejak Juni 2023, Bumi telah mengalami serangkaian perubahan suhu permukaan daratan dan lautan global yang luar biasa.
"Bahkan jika peristiwa pendinginan jangka pendek La Nina muncul, hal itu tidak akan mengubah kenaikan suhu global karena gas rumah kaca yang memerangkap panas di atmosfer," ucap Saulo.
Sembilan tahun terakhir menjadi tahun-tahun terhangat yang pernah tercatat, bahkan dengan pengaruh pendinginan La Nina sejak 2020 hingga awal tahun 2023.
Peristiwa El Nino tahun lalu yang mulai muncul pada Juni 2023 dan mencapai puncaknya pada November 2023 hingga Januari 2024 juga memiliki efek yang sangat besar.
Periode puncak El Nino tersebut menjadi salah satu dari lima yang terkuat yang pernah tercatat sebelum menghilang.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya