Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WMO Prediksi La Nina Terjadi Akhir Tahun Ini

Kompas.com - 12/09/2024, 17:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Organisasi Meteorologi Internasional atau World Meteorogical Organization (WMO) memprediksi, 60 persen kemungkinan La Nina terjadi pada akhir tahun ini.

Menurut prakiraan terbaru dari WMO, La Nina diprediksi terjadi antara Oktober 2024 hingga Februari 2025.

Dalam kurun waktu tersebut, peluang El Nino berkembang kembali menjadi sangat kecil.

Baca juga: Indonesia Alami La Nina pada Agustus 2024, Tanda Awal Musim Hujan Maju?

La Nina adalah fenomena alam yang menyebabkan udara terasa lebih dingin atau mengalami curah hujan yang lebih tinggi.

La Nina menjadi salah satu faktor yang menyebabkan musim hujan selain angin muson.

Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!
Kompas.id
Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!

Nama La Nina diambil dari bahasa Spanyol yang berarti gadis kecil. Fenomena ini merupakan kebalikan dari fenomena El Nino yang menyebabkan suhu panas.

Sekretaris Jenderal WMO Celeste Saulo mengatakan, selama tiga bulan terakhir, Bumi mengalami kondisi netral alias tidak ada El Nino maupun La Nina.

Baca juga: Sama-sama Pola Iklim, Apa Beda Fenomena El Nino dan La Nina?

"Namun, kami masih melihat kondisi cuaca ekstrem yang meluas, termasuk panas yang menyengat dan curah hujan yang dahsyat. Inilah sebabnya mengapa adanya peringatan dini tetap menjadi prioritas utama WMO," kata Saulo dikutip dari siaran pers, Rabu (11/9/2024).

Dia menyampaikan, prakiraan untuk El Nino dan La Nina beserta dampak terkait pada pola iklim secara global merupakan upaya penting untuk menginformasikan peringatan dan tindakan dini.

Perubahan iklim

Di sisi lain, fenomena alami seperti La Nina dan El Nino saat ini memiliki dampak dan efek yang lebih besar karena perubahan iklim.

Perubahan iklim telah meningkatkan suhu global, memperburuk cuaca dan iklim ekstrem, serta memengaruhi curah hujan musiman dan pola suhu.

 

Saulo menuturkan, sejak Juni 2023, Bumi telah mengalami serangkaian perubahan suhu permukaan daratan dan lautan global yang luar biasa.

"Bahkan jika peristiwa pendinginan jangka pendek La Nina muncul, hal itu tidak akan mengubah kenaikan suhu global karena gas rumah kaca yang memerangkap panas di atmosfer," ucap Saulo.

Sembilan tahun terakhir menjadi tahun-tahun terhangat yang pernah tercatat, bahkan dengan pengaruh pendinginan La Nina sejak 2020 hingga awal tahun 2023.

Peristiwa El Nino tahun lalu yang mulai muncul pada Juni 2023 dan mencapai puncaknya pada November 2023 hingga Januari 2024 juga memiliki efek yang sangat besar.

Periode puncak El Nino tersebut menjadi salah satu dari lima yang terkuat yang pernah tercatat sebelum menghilang.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Lingkungan Kotor dan Banjir Picu Leptospirosis, Pakar: Ini Bukan Hanya Soal Tikus
Lingkungan Kotor dan Banjir Picu Leptospirosis, Pakar: Ini Bukan Hanya Soal Tikus
Swasta
Hijaukan Pesisir, KAI Logistik Tanam 2.000 Mangrove di Probolinggo
Hijaukan Pesisir, KAI Logistik Tanam 2.000 Mangrove di Probolinggo
BUMN
Kematian Lansia akibat Gelombang Panas Melonjak 85 Persen Sejak 1990-an
Kematian Lansia akibat Gelombang Panas Melonjak 85 Persen Sejak 1990-an
Pemerintah
Larangan Plastik Segera dan Serentak Hemat Uang 8 Triliun Dolar AS
Larangan Plastik Segera dan Serentak Hemat Uang 8 Triliun Dolar AS
Pemerintah
Digitalisasi Bisa Dorong Sistem Pangan Berkelanjutan
Digitalisasi Bisa Dorong Sistem Pangan Berkelanjutan
LSM/Figur
Lama Dilindungi Mitos, Bajing Albino Sangihe Kini Butuh Proteksi Tambahan
Lama Dilindungi Mitos, Bajing Albino Sangihe Kini Butuh Proteksi Tambahan
LSM/Figur
Melonjaknya Harga Minyak Bisa Percepat Transisi Energi Hijau Global
Melonjaknya Harga Minyak Bisa Percepat Transisi Energi Hijau Global
Pemerintah
5 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes Perkuat Deteksi dan Survei Lingkungan
5 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes Perkuat Deteksi dan Survei Lingkungan
Pemerintah
Ekowisata Lumba-lumba Bisa Untungkan Warga, tapi Perlu Rambu-rambu
Ekowisata Lumba-lumba Bisa Untungkan Warga, tapi Perlu Rambu-rambu
LSM/Figur
Gula dan Minyak Goreng Juga Sumber Emisi, Industri Perlu Hitung Dampaknya
Gula dan Minyak Goreng Juga Sumber Emisi, Industri Perlu Hitung Dampaknya
Swasta
Cegah Banjir, Pemprov DKI Siagakan Pasukan Oranye untuk Angkut Sampah Sungai
Cegah Banjir, Pemprov DKI Siagakan Pasukan Oranye untuk Angkut Sampah Sungai
Pemerintah
Greenpeace: Hujan Juli Bukan Anomali, Tanda Krisis Iklim karena Energi Fosil
Greenpeace: Hujan Juli Bukan Anomali, Tanda Krisis Iklim karena Energi Fosil
Pemerintah
Anoa dan Babirusa Buktikan, Pulau Kecil Kunci Jaga Keanekaragaman
Anoa dan Babirusa Buktikan, Pulau Kecil Kunci Jaga Keanekaragaman
LSM/Figur
Triwulan I 2025, BRI Catat Pembiayaan Hijau Capai Rp 89,9 Triliun
Triwulan I 2025, BRI Catat Pembiayaan Hijau Capai Rp 89,9 Triliun
BUMN
Kelinci Terlangka di Dunia Terekam Kamera Jebak di Hutan Sumatera
Kelinci Terlangka di Dunia Terekam Kamera Jebak di Hutan Sumatera
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau