KOMPAS.com - Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Muhammad Reza Cordova menuturkan, potensi kerugian negara akibat kebocoran sampah plastik ke laut mencapai Rp 225 triliun per tahun.
Dia berujar, berdasarkan penghitungan dari 2018 sampai 2023 secara kasar, rata-rata ada sekitar 484 ribu ton sampah plastik per tahun yang bocor ke lautan dunia dari kegiatan masyarakat di Indonesia.
"Kerugian kita antara Rp 125 triliun sampai Rp 225 triliun per tahun," kata Reza, dalam Media Lounge Discussion (MELODI), bertajuk Kebocoran Sampah Plastik ke Laut Indonesia dan Strategi Penanganannya di Gedung BJ Habibie, Jakarta, Rabu (11/9/2024).
Baca juga: Kelola Limbah Plastik, Amandina Raih Penghargaan ESG Tech Environmental Services
Estimasi kerugian tersebut dilihat dari kerugian secara ekonomi, pariwisata, kesehatan, hingga dari sisi teknis.
"Bisa kita bayangkan secara kasar, dari 2018 sampai 2023 ini sudah enam tahun. Sekarang masuk tahun ketujuh. Berarti secara kasar kita sudah kehilangan Rp 2.000 triliun akibat sampah plastik," tambah Reza, sebagaimana dikutip dari situs web BRIN.
Reza bertutur, sampah plastik juga menjadi ancaman bagi kesehatan lingkungan hingga manusia.
Sampah plastik yang terbuang ke lingkungan dan terkena sinar matahari akan menjadi mikroplastik.
Baca juga: Inisiatif PCX Markets Sukses Alihkan Limbah Plastik Setara 6,6 Miliar Botol
Semakin kecil ukuran plastiknya, semakin mudah bagi plastik untuk masuk ke dalam tubuh manusia.
Menurut Reza, salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi sampah plastik yang kadung terbuang di lingkungan adalah proses bioremediasi yang membutuhkan waktu panjang.
"Ketika sampah sudah bocor ke lingkungan, apa yang kita lakukan? Kita coba cari mikroba apa yang paling tepat untuk bisa 'memakan' sampah plastik itu," ucapnya.
Baca juga: Lego Ganti Bahan Bakar Fosil dengan Plastik Terbarukan untuk Produknya
Reza menyampaikan, BRIN terus melakukan penelitian dengan memanfaatkan kecerdasan buatan dalam mendeteksi jenis sampah plastik.
Penelitian yang dilakukan juga turut melibatkan akademisi dari berbagai multidisiplin ilmu.
Reza juga menyoroti komitmen politik dari pimpinan daerah dalam penyediaan anggaran untuk pengelolaan sampah.
Dia menyebutkan, anggaran pengelolaan sampah dinilai optimal bila mencapai tiga hingga empat persen dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Baca juga: Kemasan Plastik Bisa Tingkatkan Risiko Autisme pada Anak Laki-laki
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya