Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Temukan Ada Misinformasi Pemanfaatan Energi Angin

Kompas.com, 24 Oktober 2024, 17:13 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Untuk mencapai target iklim dan mengurangi emisi CO2, banyak negara mulai berfokus pada perluasan pemanfaatan energi angin.

Namun ternyata studi yang dilakukan oleh Universitas Hohenheim di Stuttgart, Jerman menemukan ada misinformasi mengenai pemanfaatan energi terbarukan tersebut.

Misinformasi tersebut termasuk klaim palsu atau menyesatkan dari tenaga angin. Misalnya saja, turbin angin berbahaya bagi kesehatan dan tidak efisien secara ekonomi. Hal ini bisa melemahkan penerimaan sosial terhadap penggunaan tenaga angin.

"Sampai saat ini, sedikit yang diketahui tentang sejauh mana orang setuju dengan misinformasi tentang turbin angin," kata Dr. Kevin Winter, peneliti dari Universitas Hohenheim, dikutip dari Techxplore, Kamis (24/10/2024).

Baca juga: Energi Terbarukan Ciptakan 16,2 Juta Lapangan Kerja di Seluruh Dunia

Hasil Studi

Studi ini melibatkan total lebih dari 6.000 partisipan dalam survei representatif yang dilakukan di Australia, Inggris, dan Amerika Serikat.

Hasil studi menunjukkan lebih dari seperempat responden setuju dengan berbagai klaim palsu atau menyesatkan tentang turbin angin.

Misalnya, sekitar 20 persen responden percaya pada pernyataan tentang risiko kesehatan yang diduga dari turbin angin.

Sementara itu sebanyak 40 persen berasumsi bahwa ada pengaturan rahasia dan informasi yang dimanipulasi mengenai perluasan energi angin.

"Kami terkejut bahwa orang yang sama bisa setuju dengan pernyataan palsu yang secara tematis sangat berbeda," ungkap Prof. Dr. Kai Sassenberg, peneliti lain yang terlibat dalam studi ini.

Misalnya, mereka yang percaya bahwa turbin angin memiliki dampak buruk terhadap kesehatan juga cenderung setuju dengan pernyataan bahwa turbin angin tidak efisien secara ekonomi.

Kepercayaan orang terhadap klaim tersebut juga tercermin dalam tingkat dukungan yang lebih rendah terhadap langkah-langkah politik untuk memperluas tenaga angin dan kemauan yang lebih besar untuk memprotes pembangunan turbin angin.

Baca juga: Sederet Manfaat Energi Terbarukan bagi Manusia

Bukan Soal Pengetahuan

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap misinformasi tentang turbin angin terutama bergantung pada pandangan responden.

Pandangan responden mengenai konspirasi terbukti sangat penting. Mereka yang umumnya mencurigai adanya konspirasi di balik peristiwa sosial cenderung setuju dengan misinformasi tersebut.

Di sisi lain, pengetahuan ilmiah yang kuat hampir tidak mengurangi kepercayaan. Tingkat pendidikan responden juga sama sekali tidak berperan.

"Kemungkinan besar akan sulit untuk melawan misinformasi hanya dengan memberikan fakta selama fakta tersebut tidak sesuai dengan pandangan seseorang," tulis peneliti dalam studi mereka.

Menurut peneliti akan lebih menjanjikan jika menggunakan kampanye yang menyoroti manfaat pribadi dari energi angin untuk meyakinkan orang yang bersikap negatif.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
PR Besar Temukan Cara Aman Buang Limbah Nuklir, Iodin-129 Bisa Bertahan 15 Juta Tahun
PR Besar Temukan Cara Aman Buang Limbah Nuklir, Iodin-129 Bisa Bertahan 15 Juta Tahun
LSM/Figur
WVI Luncurkan WASH BP 2.0, Strategi 5 Tahun Percepat Akses Air dan Sanitasi Aman
WVI Luncurkan WASH BP 2.0, Strategi 5 Tahun Percepat Akses Air dan Sanitasi Aman
LSM/Figur
Dunia Sepakat Hapus Tambalan Gigi Merkuri pada 2034
Dunia Sepakat Hapus Tambalan Gigi Merkuri pada 2034
Pemerintah
Fokus Perdagangan Karbon, Misi RI di COP 30 Dinilai Terlalu Jualan
Fokus Perdagangan Karbon, Misi RI di COP 30 Dinilai Terlalu Jualan
LSM/Figur
Pulau Obi Jadi Episentrum Baru Ekonomi Maluku Utara
Pulau Obi Jadi Episentrum Baru Ekonomi Maluku Utara
Swasta
Dari Gaza hingga Ukraina, Alam Jadi Korban Sunyi Konflik Bersenjata
Dari Gaza hingga Ukraina, Alam Jadi Korban Sunyi Konflik Bersenjata
Pemerintah
Cacing Tanah Jadi Sekutu Tak Terduga dalam Perang Lawan Polusi Plastik
Cacing Tanah Jadi Sekutu Tak Terduga dalam Perang Lawan Polusi Plastik
LSM/Figur
Subsidi LPG 3 Kg Diproyeksikan Turun 21 Persen, Jaringan Gas Jadi Alternatifnya
Subsidi LPG 3 Kg Diproyeksikan Turun 21 Persen, Jaringan Gas Jadi Alternatifnya
LSM/Figur
Laut Kunci Atasi Krisis Pangan Dunia, tapi Indonesia Tak Serius Menjaga
Laut Kunci Atasi Krisis Pangan Dunia, tapi Indonesia Tak Serius Menjaga
LSM/Figur
Konsumen Gandrungi Kendaraan Listrik, Penjualan Baterai EV Naik 9 Kali Lipat
Konsumen Gandrungi Kendaraan Listrik, Penjualan Baterai EV Naik 9 Kali Lipat
LSM/Figur
Indef: Ambisi B50 Sejalan dengan Transisi Energi, tapi Butuh Stabilitas Pendanaan
Indef: Ambisi B50 Sejalan dengan Transisi Energi, tapi Butuh Stabilitas Pendanaan
LSM/Figur
Ethiopia Jadi Tuan Rumah COP32, COP31 Masih Jadi Rebutan Australia dan Turki
Ethiopia Jadi Tuan Rumah COP32, COP31 Masih Jadi Rebutan Australia dan Turki
Pemerintah
RI Jadikan Sektor FOLU Pilar Pasar Karbon Internasional Dalam COP30
RI Jadikan Sektor FOLU Pilar Pasar Karbon Internasional Dalam COP30
Pemerintah
Masalah Baru, Cara Usang: Resep Orde Baru Dinilai Tak Akan Atasi Krisis Pangan
Masalah Baru, Cara Usang: Resep Orde Baru Dinilai Tak Akan Atasi Krisis Pangan
LSM/Figur
Biasanya Jadi Gula, Kini Pertamina Pikirkan Ubah Aren Jadi Bioetanol
Biasanya Jadi Gula, Kini Pertamina Pikirkan Ubah Aren Jadi Bioetanol
BUMN
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau