KOMPAS.com - Gunung Fuji, Jepang belum tertutup salju sejak Oktober 2024. Padahal, menurut Japan Meteorologycal Agency (JMA), Gunung Fuji umumnya mulai tertutup salju sekitar Oktober-November.
Beberapa laporan menyebutkan, salju sempat tidak terlihat hingga waktu yang lebih lama dari biasanya. Senior Forecaster Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Riefda Novikarany mengungkapkan, fenomena ini diperkirakan terjadi akibat perubahan iklim global yang memengaruhi suhu dunia, termasuk di Gunung Fuji.
"JMA menunjukkan peningkatan rata-rata suhu sekitar 1,2 derajat celsius sejak awal abad ke-20. Peningkatan suhu yang terjadi dapat menghambat terbentuknya salju di Gunung Fuji," ujar Riefda saat dihubungi Kompas.com, Senin (4/11/2024).
Baca juga:
Ia menjelaskan, berdasarkan analisis JMA fenomena Gunung Fuji yang terlambat bersalju atau tidak bersalju pada waktu-waktu yang seharusnya bukanlah hal baru. Frekuensinya pun meningkat dalam beberapa dekade terakhir.
"Secara signifikan, fenomena ini dapat menjadi indikasi adanya perubahan iklim yang berdampak pada kondisi atmosfer di Jepang, memengaruhi siklus air, pertanian, dan keanekaragaman hayati," ucap Riefda.
Selain itu, berpengaruh pada ekosistem setempat hingga sektor pariwisata terutama aktivitas pendakian.
Di sisi lain, Riefda menyatakan, belum bersaljunya Gunung Fuji tidak secara langsung berdampak signifikan terhadap Indonesia.
Baca juga: Terus Mencair, Salju Abadi Puncak Jaya Terancam Musnah Akibat Pemanasan Global
"Namun, fenomena ini mengindikasikan tren perubahan iklim global yang memengaruhi kondisi atmosfer di dunia termasuk Indonesia, seperti perubahan pola cuaca, peningkatan suhu sebesar +0,8 derajat celsius dan frekuensi kejadian cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi," papar dia.
Adapun berdasarkan pantauan fakta perubahan iklim bulan Oktober, suhu udara rata-rata pada Oktober 2024 di Indonesia tertinggi pertama untuk bulan yang sama sejak 1981.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya