KOMPAS.com - Kenaikan permukaan laut akibat perubahan iklim menimbulkan ancaman serius dan sering kali tidak dapat diprediksi terhadap keberadaan hutan pesisir.
Inovasi baru pun diperlukan untuk membantu mengurangi kerusakan dan mengalokasikan sumber daya konservasi.
Namun, sebuah studi baru dari North Carolina State University, Carolina Utara dan United States Geological Survey (USGS) mengungkapkan bahwa citra satelit dapat membantu mengidentifikasi area hutan pesisir yang berubah menjadi rawa dan perairan terbuka akibat kenaikan permukaan laut.
Proses tersebut kemudian dikenal dengan sebutan regime change.
Marcelo Ardón, associate professor di NC State dan salah satu penulis studi ini, mengatakan dengan memprediksi bagaimana suatu area berubah, citra satelit itu dapat membantu para konservasionis dalam mengalokasikan dana konservasi yang terbatas di area paling efektif.
Baca juga:
"Kami tahu bahwa ekosistem pesisir ini berubah dan sulit untuk memprediksi di mana serta kapan perubahan akan terjadi. Yang kami temukan adalah bahwa melalui penginderaan jarak jauh, kita dapat mengetahui ke mana suatu area akan berubah," kata Ardón, dikutip dari Phys, Senin (4/11/2024).
Dalam studi ini, peneliti berusaha menentukan apakah citra satelit dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan di lahan basah pesisir sebelum waktunya dengan mengidentifikasi jenis-jenis sinyal peringatan dini yang telah ditemukan di ekosistem lain.
Mereka kemudian menggunakan alat data satelit yang disebut Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) untuk mengidentifikasi bagaimana kesehatan vegetasi berubah.
NDVI bekerja dengan menggunakan beberapa panjang gelombang dari sensor satelit yang memindai bumi pada waktu yang berbeda, mengumpulkan data tentang berapa banyak cahaya merah yang diserap tanaman dan berapa banyak cahaya inframerah dekat yang dipantulkan.
Menggunakan nilai-nilai itu, para peneliti pun menyimpulkan bahwa NDVI secara efektif mengukur kehijauan dan kesehatan tanaman di daerah tersebut sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan hutan di pesisir.
Baca juga:
Penulis utama studi Melinda Martinez yang juga ahli ekologi penelitian di USGS, menambahkan penelitian menemukan perbedaan mencolok dalam regime change antara area yang berdekatan.
"Di beberapa area di mana perubahan terjadi dengan cepat, transisi dari hutan ke rawa atau bahkan air terbuka terjadi dalam rentang waktu lima hingga enam tahun. Tapi di daerah lain, terkadang di dalam area yang sama, perubahan akan terjadi dalam periode waktu yang jauh lebih lama, " kata Martinez.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya