KOMPAS.com - Laporan Badan Energi Internasional (IEA) menemukan bahwa negara-negara di dunia gagal memenuhi target efisiensi energi mereka.
Sebelumnya, pada perhelatan COP 28 di Dubai Uni Emirat Arab tahun lalu, hampir 200 negara membuat persetujuan untuk menggandakan peningkatan efisiensi energi sebelum tahun 2030. Dari 2 persen pada tahun 2022 menjadi 4 persen pada 2030.
Namun, IEA menyatakan dalam laporan baru Efisiensi Energi 2024, negara-negara dunia belum berhasil memenuhi target tersebut dan lebih banyak yang harus dilakukan untuk memastikan peningkatan efisiensi.
Baca juga: Transisi Energi Bersih Terus Meningkat, Tapi Kemajuannya Tak Merata
Mengutip Edie, Sabtu (9/11/2024) peningkatan efisiensi energi merupakan inti dari transisi menuju energi bersih dan terbarukan.
Dengan mengurangi energi yang digunakan oleh bisnis dan konsumen, emisi gas rumah kaca berkurang, biaya energi turun, dan keamanan energi meningkat.
Meskipun kemajuan efisiensi energi lebih lambat dari yang diharapkan, laporan tersebut menemukan bahwa kebijakan tentang energi bersih mengalami kemajuan secara menyeluruh.
Disebutkan bahwa pemerintah yang mewakili lebih dari 70 persen permintaan energi global telah memperbarui atau membuat kebijakan efisiensi baru tahun ini.
Beberapa kebijakan itu termasuk peraturan UE yang direvisi untuk mencapai stok bangunan tanpa emisi pada tahun 2050 dan standar ekonomi bahan bakar AS yang ditingkatkan untuk kendaraan tugas berat.
Laporan ini mencatat pula bahwa kemajuan khususnya terjadi di negara-negara ekonomi berkembang, terutama dalam hal bangunan dan elektrifikasi kendaraan serta pemanas.
Baca juga: Ini 9 Rekomendasi untuk Dorong Percepatan Transisi Energi Berkeadilan
Hal ini membuat Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol tetap optimis terhadap kemajuan efisiensi energi.
“Untungnya, kebijakan dan teknologi untuk mempercepat kemajuan efisiensi sudah tersedia saat ini, dan banyak pemerintah mengambil langkah maju yang penting. Yang kami harapkan sekarang adalah respons kebijakan yang lebih cepat dan lebih kuat di seluruh dunia,” katanya.
Lebih lanjut, dalam laporannya, IEA menemukan pula investasi dalam teknologi hemat energi tumbuh sebesar 4 persen pada tahun 2024 dan akan mencapai rekor 660 miliar dollar AS.
Namun, pendanaan lebih lanjut akan diperlukan untuk menutup kesenjangan tersebut, yang memberikan tanggung jawab kepada pemerintah untuk berinovasi dengan pembiayaan campuran dan menciptakan kondisi yang tepat untuk membuka lebih banyak investasi swasta.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya