KOMPAS.com - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan teknologi landfill mining, yang dapat mengubah sampah menjadi bahan bakar alternatif dan material bangunan.
Periset dari Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih BRIN Prihartanto mengungkapkan, teknologi itu dapat dimanfaatkan untuk mengolah sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi.
“Landfill mining merupakan terobosan yang sangat menjanjikan untuk mengatasi permasalahan over kapasitas sampah di Bantargebang,” kata Prihartanto dalam keterangan tertulis, Sabtu (16/11/2024).
Baca juga:
Prihartanto menjelaskan, landfill mining dikembangkan pada 2019 dan telah mengolah 150 ton sampah per hari.
Hasil olahan sampah menjadi 30 ton bahan bakar refuse derived fuel (RDF) dan 41,5 ton material sejenis tanah. Kemudian kapasitas pengolahannya brrtambah hingga 1.000 ton per hari.
"Salah satu dampak positif yang langsung terlihat, yaitu tingginya permintaan dari industri semen, yang menjadi konsumen utama RDF," ucap Prihartanto.
Kini, PT Indocement mengambil 550 ton RDF per hari dan berencana menambah hingga 3.000 ton per harinya. Sedangkan PT Solusi Bangun Indonesia (Holcim) menggunakan 150 ton RDF per hari.
Prihartanto mengungkapkan, sampah berusia 16-18 tahun yang terkubur di zona 4B TPST Bantargebang didominasi oleh plastik, material sejenis tanah, dan sampah organik.
“Komposisi ini memiliki potensi besar untuk diolah menjadi bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan,” tutur dia.
Baca juga:
Ia menilai, tantangan utama dalam teknologi landfill mining ialah tingginya kadar air dalam material sampah yang digali. Karenanya, para peneliti terus mengembangkan metode untuk menurunkan kadar air agar memenuhi standar industri.
Prihartanto menegaskan bahwa selain mengurangi volume sampah, landfill mining juga membuka peluang pemanfaatan sampah sebagai sumber energi alternatif untuk keberlanjutan lingkungan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya