Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BRIN Kaji Tari Baris Kekuwung Jadi Warisan Budaya Tak Benda

Kompas.com - 29/11/2024, 20:58 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengkaji tradisi Tari Baris Kekuwung dari Desa Adat Sandakan, Desa Sulangai, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Bali, untuk diusulkan menjadi warisan budaya tak benda.

Pengkajian dilakukan bersama Pemerintah Kabupaten Badung, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, dan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XV Bali.

Peneliti Pusat Riset Khazanah Keagamaan dan Peradaban BRIN I Wayan Rupa menjelaskan, hal itu merupakan upaya pelestarian dan perlindungan tradisi Indonesia.

Baca juga:

“Ini menegaskan jika karya budaya tersebut adalah asli milik Indonesia. Selain itu, pengusulan dilakukan agar tidak mudah diklaim oleh negara lain,” ujar Rupa dalam keterangan tertulis, Jumat (29/11/2024).

Adapun warisan budaya tak benda adalah warisan budaya yang tidak dapat diraba, tetapi dapat diketahui dan dirasakan keberadaannya. Kata Rupa, warisan budaya tak benda merepresentasikan identitas, nilai, maupun keunikan masyarakat.

"Warisan ini juga mencerminkan sejarah panjang yang membentuk kehidupan sosial-budaya suatu daerah,” ungkap dia.

Menurut Rupa, riset terkait Tari Baris Kekuwung membantu peneliti memahami konsep bentuk, fungsi, serta maknanya melalui berbagai pendekatan.

“Di dalam tradisi Tari Baris Kekuwung, tersurat simbol-simbol keagamaan, dan berfungsi cukup efektif sebagai mekanisme kontrol bagi pengelolaan lingkungan alam, sosial,“ tutur Rupa

“Hubungan manusia dengan Maha Pencipta, hubungan manusia dengan sesama, serta hubungan manusia dengan alam semesta,” tambah dia.

Sementara itu, ketua tim riset Ida Bagus Rai Putra menyatakan bahwa kajian ini memberikan penjelasan warisan budaya tak benda memiliki unsur bersumber dari kekuatan, keyakinan, serta ketulusan masyarakat dalam melakukan ritual.

Baca juga:

 

Dipercayai nantinya kebahagian, kedamaian, hingga ketenangan hidup dapat dirasakan masyarakat.

“Hasil kajian ini dapat membuka cakrawala pembaca dan masyarakat, sehingga makna yang terdapat dalam tradisi ini dapat dijadikan pedoman untuk bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari,” kata Rai.

Ia mengungkapkan, Tari Baris Kekuwung berkaitan erat dengan upacara Mapag Toya (menjemput air). Ritual ini pertama kali dilakukan saat musim kering berkepanjangan di Desa Adat Sandakan, Desa Sulangai, Petang, Badung, Bali.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau