KOMPAS.com - Pengembangan food estate perlu melibatkan aspek sosial budaya yang dinilai menjadi salah satu kunci dalam mengatasi tantangan yang dihadapi.
Hal tersebut disampaikan Peneliti Senior Pusat Riset Kependudukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Subarudi.
Subarudi menilai, pengembangan food estate yang tidak memperhatikan aspek sosial dan budaya masyarakat berisiko mengalami kegagalan serta menimbulkan efek buruk bagi ekosistem.
Baca juga: Masyarakat Adat Desak Pemerintah Hentikan Proyek “Food Estate” Merauke
Dia menyampaikan, tantangan dalam implementasi program food estate salah satunya adalah kesesuaian lahan dan dampak lingkungan.
"Jika tidak dikelola dengan benar, pengembangan lahan besar-besaran berisiko terhadap kerusakan ekosistem," kata Subarudi, sebagaimana dilansir Antara, Senin (28/10/2024).
Selain itu, menurut dia, keterlibatan aktif petani lokal juga menjadi kunci keberhasilan.
"Tanpa pemberdayaan dan dukungan yang memadai, petani bisa terpinggirkan dalam proyek," ujarnya.
Baca juga: Program Makan Siang Gratis, Food Estate, dan Diversifikasi Pangan
Dengan program tersebut, Subarudi mendorong keterlibatan masyarakat lokal dalam pemilihan tanaman.
Dengan demikian, tanaman tumbuh sesuai lingkungan di mana mereka hidup dari alam serta tidak dibatasi.
Subarudi berujar, pengembangan food estate perlu menerapkan pendekatan multidisiplin dan harus ada kesadaran ekologi serta solusi perlindungan lahan produktif pangan.
Pelaksanaan program food estate juga harus melalui pendekatan antropologi.
Baca juga: Bukan Food Estate, Intensifikasi Lahan Lebih Penting demi Pangan Nasional
"Jangan sampai implementasi program ini mengorbankan hal yang lebih besar. Dalam hal ini dampak ekologi, kemudian sistem sosial, budaya, sosial ekonomi, serta sosial budaya masyarakat," ucapnya.
Sementara itu, peneliti PRK BRIN lainnya Ary Widiyanto mendorong peninjauan kembali kebijakan pangan nasional melalui food estate.
Peninjauan tersebut termasuk mengkaji faktor sosial, budaya, dan ekonomi yang dinilai sebagai faktor kunci kesuksesan program tersebut.
Peninjauan juga termasuk untuk mencegah potensi konflik antara pengelolaan dengan masyarakat atau antarmasyarakat apabila tidak melibatkan aspek sosial dan budaya.
Baca juga: Cak Imin dan Mahfud Cecar Food Estate, Gibran Membela
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya