KOMPAS.com - Sebuah studi dari Universitas Stanford, California menemukan bahwa hasil pencarian di internet mencerminkan pandangan users mengenai perubahan iklim yang berlaku di wilayah tersebut.
Misalnya saja di Argentina. Saat kebakaran hutan hebat terjadi dalam beberapa tahun terakhir, hasil pencarian internet teratas kemungkinan besar akan menyertakan rumah yang terbakar.
Sementara di Estonia, di mana tingkat kekhawatiran relatif rendah tentang perubahan iklim, orang-orang yang melakukan pencarian di internet lebih cenderung melihat gambar gunung es, beruang kutub, atau bagan ilmiah yang mungkin membuat perubahan iklim tampak seperti fenomena yang jauh atau abstrak.
"Jika dunia ingin mengatasi perubahan iklim, diperlukan informasi yang cukup. Hasil pencarian yang lebih relevan dan objektif adalah kunci untuk proses informasi tersebut," ungkap Madalina Vlasceanu, penulis senior studi ini.
Baca juga:
Mengutip laman resmi Universitas Stanford, Jumat (29/11/2024) dalam studinya, peneliti menganalisis gambar yang ditampilkan di Google Image Search di 49 negara sebagai respons terhadap istilah pencarian seperti perubahan iklim.
Untuk mengukur dampak gambar-gambar tersebut, mereka kemudian menilai respons emosional orang-orang setelah melihatnya.
Mereka menemukan di negara-negara di mana orang-orang sudah memiliki lebih banyak perhatian tentang perubahan iklim, gambar yang ditampilkan dalam hasil pencarian memiliki peringkat lebih tinggi.
Begitu pula respons emosional dan kebutuhan untuk bertindak, juga memiliki peringkat lebih tinggi.
Namun hal tersebut tidak selalu terjadi di negara-negara yang menghadapi risiko dan dampak iklim yang intens.
Hal tersebut menurut peneliti menunjukkan algoritma pencarian gambar berkontribusi pada efek penyebaran sentimen yang sudah ada sebelumnya, dalam hal ini adalah tema perubahan iklim.
Dalam percobaan lanjutan, peneliti kemudian menunjukkan berbagai gambar terkait iklim yang ditampilkan oleh Google di negara-negara dengan kekhawatiran iklim yang tinggi atau rendah pada 900 responden untuk mengevaluasi bagaimana mereka dipengaruhi gambar-gambar tersebut.
Peneliti menemukan responden di negara dengan kekhawatiran tinggi mengenai perubahan iklim merasa lebih terancam oleh perubahan iklim.
Mereka pun mendukung kebijakan iklim dan cenderung mengambil tindakan seperti membeli kendaraan listrik atau memasang panel surya.
"Ini menunjukkan gambar-gambar iklim yang memperlihatkan realitas objektif dapat mendorong perubahan besar dalam sentimen iklim," kata penulis utama studi Michael Berkebile-Weinberg.
Baca juga:
Para peneliti juga mengatakan temuan mereka menunjukkan perlunya algoritma yang secara akurat menggambarkan dampak perubahan iklim.
“Algoritma pencarian internet memainkan peran penting dalam menginformasikan dunia tentang risiko dan solusi untuk krisis iklim global kita yang semakin cepat,” papar Vlasceanu.
“Jika kita memiliki penelusuran gambar yang lebih baik, kita dapat menginspirasi orang untuk mengambil tindakan yang tepat, sepadan dengan tingkat ancamannya,” tambahnya.
Untuk mencapai hal tersebut perlu kolaborasi lintas disiplin untuk mewujudkan upaya berskala global melalui inovasi kebijakan, program pendidikan, pengembangan infrastruktur, atau penerapan algoritmik
Peneliti menambahkan kolaborator utama akan mencakup ilmuwan perilaku, pengembang alat penelusuran gambar dan AI generatif, ilmuwan iklim, insinyur yang berfokus pada keberlanjutan, pendidik dan perwakilan di pemerintahan dan hukum yang menetapkan dan menegakkan kebijakan lingkungan, energi, dan sumber daya alam, dan lain sebagainya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya