KOMPAS.com - Sebuah penelitian yang dipublikasikan di Advances in Atmospheric Sciences menemukan bahwa suhu laut mencapai rekor tertinggi pada 2024.
Rekor tersebut merupakan terpanas yang pernah tercatat oleh manusia.
Rekor suhu panas tak hanya berlaku pada parameter suhu permukaan, tetapi juga laut dalam pada kedalaman 2000 meter.
Mengapa suhu laut yang memanas harus jadi perhatian?
Mengutip Phys, Senin (13/1/2025) lautan merupakan bagian penting dari iklim Bumi karena sebagian besar kelebihan panas dari pemanasan global tersimpan di lautan (90 persen) dan lautan menutupi 70 persen permukaan Bumi.
Oleh karena itu, lautan menentukan pola cuaca planet dengan mentransfer panas dan kelembapan ke atmosfer. Lautan juga mengendalikan seberapa cepat perubahan iklim terjadi.
Baca juga: Kenaikan Permukaan Air Laut Banjiri Pelabuhan Minyak Utama Dunia
"Untuk mengetahui apa yang terjadi pada iklim, jawabannya ada di lautan," kata Prof. John Abraham di Universitas St. Thomas, Minnesota, AS, salah satu penulis penelitian tersebut.
Rekor Terpanas
Dalam studi ini, peneliti menemukan bahwa dari tahun 2023 hingga 2024, peningkatan panas lautan global di kedalaman lebih dari 2000 meter adalah 1021 Joule.
Jumlah itu setara dengan 140 kali lipat panas yang dihasilkan total pembangkit listrik dunia pada tahun 2023.
Suhu permukaan laut juga mencatat rekor.
Suhu permukaan penting karena suhu permukaan menentukan seberapa cepat panas dan kelembapan dapat berpindah dari laut ke udara dan dengan demikian memengaruhi cuaca.
Baca juga: Rumput Laut, Kacang, hingga Buah Zaitun Bisa Serap Emisi Karbon Secara Efektif
"Cara utama lautan memengaruhi iklim adalah melalui peningkatan uap air di atmosfer yang menyebabkan peningkatan ekstrem yang merusak dalam siklus hidrologi," kata Dr. Kevin Trenberth, seorang ilmuwan senior di Pusat Penelitian Atmosfer Nasional, AS.
Panas permukaan laut akan mendorong penguapan lebih sehingga berpotensi memicu badai yang lebih ganas.
Permukaan laut yang lebih panas juga akan memicu cuaca yang lebih panas di satu daerah, berpotensi mendorong kekeringan dan kebakaran hutan.
"Lautan adalah penjaga kita terhadap pemanasan planet, bertindak sebagai penyerap utama kelebihan panas yang terakumulasi dalam sistem iklim Bumi sebagai akibat dari emisi antropogenik," kata Dr. Karina von Schuckmann di Mercator Ocean International, salah satu penulis studi tersebut.
Jika terus terjadi kegagalan dalam mengambil tindakan untuk memperlambat perubahan iklim, gangguan, perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya beserta implikasinya, biaya dan kerugian serta kerusakannya akan terus meningkat.
Baca juga: 2024 Resmi Jadi Tahun Terpanas, Kali Pertama Suhu Lampaui 1,5 Derajat Celsius
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya