Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumput Laut, Kacang, hingga Buah Zaitun Bisa Serap Emisi Karbon Secara Efektif

Kompas.com, 6 Januari 2025, 19:30 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Studi yang dilakukan lembaga riset Oxford Martin, Inggris menemukan bahwa rumput laut, kacang-kacangan, hingga buah zaitun mampu menyerap emisi gas rumah kaca dari atmosfer.

Direktur Program Keberlanjutan Pangan Oxford Martin Joseph Poore mengatakan, makanan yang dapat mengurangi emisi itu disebut sebagai makanan karbon negatif.

“Memproduksi dan mengonsumsi lebih banyak makanan ini dapat membantu mengurangi dampak karbon dari makanan, dan dalam beberapa kasus, memulihkan ekosistem,” ungkap Poore dikutip dari BBC, Senin (6/1/2025).

Baca juga:

Poore menjelaskan, tanaman menyerap karbon dioksida dari udara ketika tumbuh. Namun, saat tanaman tersebut diolah oleh manusia ataupun hewan justru karbon dilepaskan kembali ke udara.

Menurutnya, rumput laut dan makroalga lainnya dapat menyerap karbon dioksida. Bagian-bagian rumput laut akan terlepas, lalu bergerak ke dasar laut dalam di mana sebagian karbon tersimpan.

Untuk memastikan rumput laut menjadi makanan karbon negatif, rantai pasokannya harus efisien dengan meminimalkan transportasi maupun pengemasan.

“Pengambilan ini (karbon) relatif kecil per kilogram rumput laut, jadi agar makanan berbahan dasar rumput laut menjadi karbon negatif, rantai pasokannya harus sangat efisien karbon dengan transportasi, pengemasan, dan pemrosesan yang minimal,” kata Poore.

Menjadi Karbon Negatif

Dia menyebut, rumput laut lokal berpotensi menjadi karbon negatif meskipun masih minim. Poore mengatakan, penjualan tumbuhan ini dapat memberikan insentif untuk memulihkan wilayah hutan rumput laut yang telah hancur.

Ia menyampaikan, bluberi, cranberry, dan seledri merupakan tanaman yang subur di lahan gambut dan berpotensi menjadi karbon negatif. Kendati begitu, bluberi segar yang dikemas dalam plastik tak bisa menyerap karbon.

“Meskipun ada produk lahan gambut berkarbon negatif, produk tersebut sangat langka dan sulit ditemukan di toko-toko saat ini, tetapi ini adalah hal lain yang perlu diperhatikan,” ucap dia.

Baca juga: AS, China, dan India Penyumbang Emisi Karbon Terbesar dari Pariwisata

Kemudian, produk makanan dengan bakteri seperti bubuk protein atau pengganti daging kemungkinan besar bersifat karbon negatif walaupun belum ada di pasaran saat ini.

“Pada 2023, Finnish Solar Foods meluncurkan es krim di Singapura yang mengandung protein yang terbuat dari jenis bakteri yang berbeda yang menunjukkan bahwa pasar untuk produk makanan bakteri mungkin ada,” tutur Poore.

Ia menerangkan bahwa bakteri pengoksidasi metana merupakan sekelompok bakteri yang ditemukan di beberapa lingkungan berbeda yang mengonsumsi metana untuk mendapatkan energi.

Metana adalah gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan 30 kali lebih banyak, daripada karbon dioksida dalam jangka waktu 100 tahun.

“Jika kita memakan bakteri ini, kita akan memetabolisme mereka, melepaskan karbon dioksida. Oleh karena itu, memakan produk yang mengandung bakteri ini akan mengubah gas rumah kaca yang kuat menjadi gas yang jauh lebih lemah,” jelas Poore.

Terakhir, kacang, buah zaitun, dan jeruk dapat membantu menurunkan emisi. Poore berkata, selama 20 tahun ke belakang luas lahan pohon kacang telah berlipat ganda.

Dengan memperhitungkan seluruh rantai pasokan, produk kacang memangkas sekitar 1,3 kilogram karbon dioksida per kilogramnya.

Baca juga: China Diprediksi Akan Capai Emisi Karbon Tertinggi pada 2025

Jika pohon digunakan untuk membuat produk kayu yang tahan lama di akhir masa pakainya, karbon dapat tersimpan lebih lama.

“Namun, untuk makanan beremisi tinggi, seperti daging sapi, penelitian telah menemukan bahwa praktik regeneratif tidak mungkin mencapai karbon negatif. Beberapa praktik regeneratif dapat meningkatkan emisi di tempat lain,” papar Poore.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
LSM/Figur
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Pemerintah
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar 'Langkah Membumi Ecoground 2025'
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar "Langkah Membumi Ecoground 2025"
Swasta
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
BUMN
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
Pemerintah
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
LSM/Figur
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Pemerintah
TFFF Resmi Diluncurkan di COP30, Bisakah Lindungi Hutan Tropis Dunia?
TFFF Resmi Diluncurkan di COP30, Bisakah Lindungi Hutan Tropis Dunia?
Pemerintah
COP30: Target Iklim 1,5 Derajat C yang Tak Tercapai adalah Kegagalan Moral
COP30: Target Iklim 1,5 Derajat C yang Tak Tercapai adalah Kegagalan Moral
Pemerintah
Trend Asia Nilai PLTSa Bukan EBT, Bukan Opsi Tepat Transisi Energi
Trend Asia Nilai PLTSa Bukan EBT, Bukan Opsi Tepat Transisi Energi
LSM/Figur
4.000 Hektare Lahan di TN Kerinci Seblat Dirambah, Sebagiannya untuk Sawit
4.000 Hektare Lahan di TN Kerinci Seblat Dirambah, Sebagiannya untuk Sawit
Pemerintah
Muara Laboh Diperluas, Australia Suntik Rp 240 Miliar untuk Geothermal
Muara Laboh Diperluas, Australia Suntik Rp 240 Miliar untuk Geothermal
Pemerintah
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Swasta
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
Swasta
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau