Tahun berikutnya, angka ekspor kendang jimbe naik menjadi 72 kontainer meskipun di tahun 2022 turun menjadi 57 kontainer. Dan, ekspor naik lagi menjadi 70 kontainer di 2023 sebelum turun cukup drastis menjadi hanya 41 kontainer di sepanjang 2024.
“Tahun lalu turun cukup banyak. Semoga tahun 2025 ini permintaan meningkat lagi,” ujar mantan pekerja migran yang telah menggeluti usaha perdagangan ekspor sejak 2007 itu.
Ditanya apa tantangan terbesar dalam bisnis ekspor kendang jimbe Blitar, Anik menyebut aspek produksi khususnya “kedewasaan” di kalangan perajin dalam menjalankan usaha mereka.
“Misalnya kalau kami sodorkan standar kualitas yang diminta buyer, banyak yang tidak mau mengerjakan. Kalau pun mau, minta harga dinaikkan,” tuturnya.
Baca juga:
Meski demikian, Anik optimistis hubungan saling menguntungkan yang menjadi dasar kerjasama antara perusahaannya dan kalangan perajin produsen kendang jimbe akan terus berproses menuju terjadinya pasokan kendang jimbe berkualitas yang lebih stabil.
“Karena di pasar Cina sendiri kita menghadapi kompetisi dari produksi kendang berbahan PVC, produk ‘tembakan’ dari produk kendang jimbe Blitar,” pungkasnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya