KOMPAS.com - Raksasa teknologi Microsoft memperluas kolaborasinya dengan perusahaan penghilangan karbon dioksida (CDR) re.green untuk memulihkan total 33.000 hektar lahan di beberapa bagian hutan Amazon dan Atlantik.
Restorasi ini ditandai dengan penandatanganan perjanjian pembelian kredit karbon kedua dengan perusahaan yang berpusat di Brasil tersebut.
Berdasarkan kesepakatan baru tersebut, Microsoft membeli hampir 3,5 juta metrik ton CO2.
Dengan begitu total akan ada 6,5 juta metrik ton setara karbon dioksida yang akan dihilangkan selama proyek tersebut.
Seperti dikutip dari Carbon Herald, Sabtu (25/1/2025) hingga saat ini, kolaborasi yang bermula Mei 2024 tersebut telah berhasil membuat langkah maju.
Itu ditunjukkan dengan melakukan penanaman lebih dari 4,4 juta bibit spesies asli dari 80 varietas berbeda di wilayah seluas 11.000 hektar lahan yang terdegradasi atau terbengkalai.
Baca juga:
Inisiatif pemulihan dan pelestarian keseimbangan ekologi di wilayah-wilayah hutan Amazon dan Atlantik ini diharapankan dapat meningkatkan konektivitas struktural dan fungsional pada tingkat lanskap, yang memungkinkan aliran spesies, keragaman genetik, dan proses-proses penting seperti penyebaran benih dan penyerbukan.
Tak hanya itu saja, kolaborasi juga memberikan manfaat bagi masyarakat lokal yang mendiami lokasi-lokasi ini.
Sejauh ini, lebih dari 230 orang telah dipekerjakan secara langsung dalam upaya pemulihan, memperoleh keterampilan dalam pengumpulan benih, produksi madu lebah asli, dan pencegahan kebakaran hutan melalui program-program pelatihan.
“Penandatanganan perjanjian kedua ini mencerminkan komitmen bersama terhadap solusi berbasis alam berintegritas tinggi, dengan hasil nyata hingga saat ini," ungkap Thiago Picolo, CEO re.green.
"Memulihkan keanekaragaman hayati terkaya di planet ini, merupakan salah satu peluang terbesar untuk dekarbonisasi skala besar,” katanya lagi.
Baca juga:
Lebih lanjut, dilansir dari ESG Today, perjanjian merupakan bagian dari serangkaian kesepakatan penghapusan karbon Microsoft untuk menjadi karbon negatif pada tahun 2030.
Ini termasuk beberapa perjanjian penghapusan karbon berbasis alam berskala besar, dengan beberapa yang difokuskan pada restorasi hutan, selain teknologi termasuk penghapusan karbon berbasis laut, dan proyek berbasis biochar, dan perjanjian penangkapan udara langsung (DAC).
“Untuk memenuhi target karbon negatif 2030, kami akan membutuhkan pemanfaatan berbagai jalur penghapusan karbon, dan kami ingin mendukung solusi berbasis alam yang melampaui penyerapan CO2 untuk secara bersamaan meningkatkan hasil sosial dan ekologis,” kata Brian Marrs, Direktur Senior Penghapusan Karbon dan Energi di Microsoft.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya