JAKARTA, KOMPAS.com - Urgewald, lembaga Think Tank Jerman, meminta lembaga keuangan menghentikan bantuan modal terkait rencana pengusaha melakukan ekspansi batu bara metalurgi.
Menurut data Metallurgical Coal Exit List (MCEL), ada 160 perusahaan yang menggarap 252 proyek ekspansi tambang batu bara metalurgi di 18 negara, termasuk Indonesia.
Tujuh perusahaan batu bara Indonesia tercatat akan memperluas bisnisnya dengan mengembangkan batu bara metalurgi, bahan baku industri baja.
Baca juga: Transisi Energi Masih Lambat, Pengamat: RI Masih Ketergantungan Batu Bara
Padahal, menurut Critical Raw Material Alliance produksi batu bara metalurgi 37 persen lebih tinggi dari permintaan. Sehingga perluasan industri dinilai tak lagi dibutuhkan.
Direktur Urgewald, Heffa Schuecking, menjelaskan bahwa MCEL menyoroti perusahaan mana saja yang merencanakan pembukaan tambang baru atau lahan batu bara metalurgi.
Dengan begitu, lembaga keuangan dapat menjadikan daftar ini sebagai acuan untuk menghentikan pembiayaan ke ekspansi yang membabi buta di industri batu bara.
Menurutnya, industri baja kini dapat beralih ke metode produksi yang bebas batu bara.
“Perkembangan terbaru dalam produksi baja hijau membuka peluang bagi industri baja yang sulit didekarbonisasi, menjadi industri yang dapat dengan cepat memangkas emisi dan mengakhiri ketergantungan pada batubara,” ujar dalam keterangan tertulis, Sabtu (25/1/2025).
“Tambang batubara metalurgi baru justru akan membahayakan iklim dan mengancam target Perjanjian Paris,” imbuh dia.
Baca juga: IEA: Permintaan Batu Bara Global Bakal Tetap Stabil Hingga 2027
Agora Industry menyebutkan, secara teknis, industri baja bisa meninggalkan batu bara pada 2040. Sektor besi dan batu bara sendiri, menyumbang 11 persen emisi karbon global.
Sementara itu, Reclaim Finance, organisasi nirlaba yang secara rutin menganalisa 386 institusi keuangan besar, mencatat 183 lembaga keuangan telah mengadopsi kebijakan terkait batu bara termal. Kendati demikian, baru 16 institusi keuangan yang memiliki kebijakan terkait batu bara metalurgi.
Perusahaan Zurich dari Swiss, misalnya, telah mengecualikan tambang batu bara metalurgi dan perusahaan yang mengembangkannya dari daftar pembiayaan.
Private Finance Campaigner Reclaim Finance, Cynthia Rocamora mengungkapkan teknologi untuk dekarbonisasi produksi baja sudah tersedia dan siap digunakan oleh industri.
Baca juga: Kapasitas PLTU Captive RI Diprediksi Salip Pembangkit Batu Bara Australia
“Institusi keuangan harus mendukung transisi baja bebas batu bara daripada terus mendukung perusahaan yang membangun tambang batu bara metalurgi baru yang kotor,” jelas Rocamora.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya