KOMPAS.com - Penelitian baru telah mengungkapkan bahwa kebutuhan pendanaan iklim bagi negara-negara rentan (V20) terhadap perubahan iklim kemungkinan meningkat hingga 490 miliar dollar AS per tahun pada 2030.
Angka tersebut jauh melampaui 300 miliar dollar AS, jumlah yang dijanjikan COP29 pada tahun 2035 untuk pendanaan iklim.
Kesimpulan ini didapat dari laporan baru yang dirilis oleh Climate Vulnerable Forum (CVF) dan Vulnerable Group of Finance Ministers (V20), bersama dengan Bridgetown Initiative.
Laporan ini menyoroti kebutuhan finansial negara-negara berkembang terdampak oleh perubahan iklim yang kemungkinan akan mengalami dampak yang lebih buruk di tahun-tahun mendatang.
Dikutip dari Edie, Jumat (31/1/2025) penggunaan pendanaan 490 miliar dollar AS tersebut mencakup kebutuhan untuk mitigasi, adaptasi, dan ketahanan 70 negara ekonomi baru dan berkembang.
Baca juga:
Kendati 70 negara tersebut memerlukan 490 miliar dollar AS per tahun untuk pendanaan iklim namun laporan juga mencatat bahwa kebutuhan untuk semua negara sebenarnya dapat mencapai 2,4 triliun dollar AS.
Oleh karena itu, laporan mengungkapkan komitmen menyediakan 300 miliar dollar AS per tahun pada 2035 yang disetujui pada COP29 merupakan hal yang tidak efisien.
Masalah utama lainnya adalah ketidakpastian proporsi pendanaan yang akan dialokasikan sebagai hibah.
Pasalnya negara-negara kaya belum membuat keputusan.
Sementara di sisi lain, negara-negara berkembang khawatir jika pendanaan bukan berupa hibah melainkan pinjaman.
Hal itu justru dapat meningkatkan beban utang bagi negara berpenghasilan rendah dan memperburuk ekonomi, alih-alih memberikan dukungan langsung yang diperlukan untuk membangun ketahanan iklim.
“Mengurangi beban utang nasional dan menciptakan ruang fiskal bagi negara-negara akan sangat penting untuk mencapai tujuan iklim global melalui investasi bersih berskala besar. Solusi yang ditetapkan dalam laporan ini menawarkan prioritas yang dapat ditindaklanjuti yang tersedia saat ini,” ungkap Sekretaris Jenderal CVF Mohamed Nasheed.
Untuk mengatasi kebutuhan pendanaan yang mendesak ini, laporan tersebut menguraikan sepuluh pendorong utama yang dapat membantu memobilisasi tambahan 210 miliar dollar AS setiap tahunnya pada 2030.
Hal itu memungkinkan negara-negara kelompok V20 membangun ketahanan dan memenuhi kebutuhan investasi terkait iklim.
Strategi ini mencakup penguatan strategi ekonomi yang dipimpin negara yang akan membantu mengoordinasikan investasi, membangun jalur proyek, dan menargetkan pengeluaran adaptasi di semua sektor.
Baca juga:
Rekomendasi lainnya mencakup penskalaan dan standardisasi pasar karbon, penerapan penetapan harga karbon berintegritas tinggi, dan penyaluran kembali 100 miliar dollar AS dari Hak Penarikan Khusus (SDR) IMF negara-negara G20 untuk menyediakan pembiayaan konsesi bagi negara-negara V20.
Laporan tersebut juga menyarankan penggunaan pungutan solidaritas dari sektor-sektor yang sangat berpolusi, seperti pengiriman dan penerbangan, untuk menghasilkan 50-100 miliar dollar AS per tahun untuk pembiayaan iklim, serta penggunaan kembali subsidi bahan bakar fosil untuk mendanai energi bersih dan investasi yang positif bagi alam.
Laporan juga menekankan perlunya reformasi persyaratan kecukupan modal dalam peraturan perbankan untuk menurunkan biaya modal bagi proyek infrastruktur bersih di pasar negara berkembang, memperluas solusi mata uang lokal untuk mengurangi risiko mata uang negara, dan meningkatkan keterjangkauan asuransi bencana negara.
Jika ketahanan iklim ini tidak dibangun, laporan menyebut negara-negara V20 bisa menghadapi potensi kerugian ekonomi tahunan hingga 100 miliar dollar AS akibat dampak iklim.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya