KOMPAS.com - World Economic Forum (WEF) dalam laporannya "Future of Jobs Report 2025" memperkirakan, kecerdasan buatan (AI) dan teknologi akan memicu transformasi tenaga kerja paling signifikan sejak revolusi industri.
Pada tahun 2030, AI dan teknologi pemrosesan informasi lainnya akan mengubah 86 persen bisnis yang akan memicu terciptanya 170 juta pekerjaan baru sekaligus menggantikan 92 juta pekerjaan.
Temuan didapat berdasarkan survei yang mencakup 1.000 perusahaan di 22 industri dan 55 negara, yang secara keseluruhan mempekerjakan lebih dari 14 juta orang.
Hal itu jadi peringatan soal perlunya peningkatan ketrampilan untuk mempersiapkan tenaga kerja dalam menghadapi masa depan yang digerakkan oleh AI.
Minat Global Terhadap AI
Sejak OpenAI memperkenalkan ChatGPT pada November 2022, investasi pada AI generatif (Gen AI) telah melonjak, mendekati hampir delapan kali lipat dari angka awal.
"Saat kita memasuki tahun 2025, lanskap pekerjaan terus berkembang dengan cepat. Terobosan transformasional, khususnya dalam Gen AI, sedang membentuk kembali industri dan tugas di semua sektor," kata Saadia Zahidi, Managing Director di WEF seperti dikutip Sustainability Magazine pada Jumat (31/1/2025).
Baca juga: Korporasi Targetkan Ulang Sasaran Iklim karena AI
Dorongan finansial itu tidak hanya mendukung pengembangan perangkat lunak tetapi juga infrastruktur fisik yang diperlukan, seperti server dan pembangkit listrik.
Tidak mengherankan, industri teknologi berada di garis depan dalam mengadopsi AI, sedangkan sektor-sektor seperti konstruksi tertinggal.
Negara-negara maju dan berpenghasilan menengah menunjukkan adopsi AI generatif yang luas, sementara wilayah berpenghasilan rendah menunjukkan keterlibatan yang minimal.
Studi tempat kerja mencerminkan pula bahwa Gen AI secara signifikan meningkatkan kemampuan manusia, terutama bagi karyawan yang lebih baru.
Gen AI sendiri memungkinkan pekerja yang kurang terspesialisasi untuk melakukan tugas-tugas yang sebelumnya diperuntukkan bagi para ahli, meningkatkan produktivitas di antara peran-peran seperti perawat dan asisten pengajar.
Lebih lanjut, WEF mengidentifikasi kesenjangan ketrampilan sebagai hambatan utama bagi transformasi perusahaan terhadap AI dan teknologi.
Sebanyak 70 persen perusahaan yang disurvei berencana untuk merekrut personel baru dengan ketrampilan yang dibutuhkan. Sementara 85 persen memprioritaskan peningkatan ketrampilan internal.
Peran yang mendukung transisi hijau seperti insinyur energi terbarukan termasuk di antara ketrampilan pekerja yang disebut akan mengalami pertumbuhan cepat.
Sementara itu, pekerjaan garis depan tradisional seperti pekerja di sektor pertanian, personel konstruksi, dan peran perawatan juga diprediksi akan berkembang secara signifikan.
Baca juga: Bagaimana AI Membantu Manajer ESG Mendorong Keberlanjutan?
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya