KOMPAS.com - Mayoritas karyawan di seluruh dunia percaya bahwa perusahaan mereka tidak melakukan upaya yang cukup untuk mengatasi perubahan iklim dan keberlanjutan.
Hal itu terungkap dalam survei baru yang dirilis oleh firma jasa profesional global Deloitte.
Dalam laporan ini, Deloitte menyurvei lebih dari 20.000 responden di lebih dari 20 negara sebagai bagian dari “ConsumerSignals Surveys” yang dilakukan firma tersebut sejak tahun 2021.
Rangkaian survei itu berfokus pada sikap dan perilaku orang-orang yang terkait dengan perubahan iklim.
Baca juga:
Dikutip dari ESG Today, Jumat (24/1/2025) menurut survei, isu keberlanjutan memengaruhi sikap dan pilihan di tempat kerja.
Sebanyak 63 persen responden di seluruh dunia melaporkan bahwa perusahaan tempat mereka bekerja tidak cukup berupaya mengatasi perubahan iklim dan keberlanjutan.
Jumlah responden tersebut naik dari sekitar 55 persen pada tahun 2021. Namun keinginan responden untuk berganti pekerjaan agar dapat bekerja di perusahaan yang lebih berkelanjutan nampaknya justru telah menurun.
Hanya 21 persen responden yang melaporkan mempertimbangkan untuk berganti pekerjaan agar dapat bekerja di perusahaan yang lebih berkelanjutan. Sementara pada tahun 2021, sebanyak 30 persen responden yang mempertimbangkan untuk berganti pekerjaan.
Tak hanya menyoroti soal relasi pengusaha dan karyawan, survei ini juga menemukan bahwa isu-isu perubahan iklim dan keberlanjutan tetapi menjadi perhatian konsumen di seluruh dunia karena tampaknya berdampak langsung pada kehidupan mereka.
Sebanyak 56 persen responden melaporkan bahwa mereka telah mengalami setidaknya satu peristiwa cuaca ekstrem terkait iklim hanya dalam enam bulan terakhir.
Tingkat kejadian cuaca ekstrem yang dilaporkan oleh responden telah meningkat di hampir semua negara sejak survei awal tahun 2021, dengan 91 persen melaporkan setidaknya satu kejadian di Meksiko, naik 11 poin persentase dari tahun 2021, 89 persen di Jepang (naik 21 persen), 89 persen di Korea (naik 28 persen) dan 69 persen di AS (naik 9 persen).
Selain itu, 67 persen responden melaporkan bahwa mereka memandang perubahan iklim sebagai keadaan darurat, relatif stabil selama beberapa tahun terakhir setelah sedikit menurun dari 72 persen pada tahun 2021.
Karena responden semakin banyak melaporkan mengalami dampak perubahan iklim secara langsung, survei menemukan bahwa banyak pula yang merencanakan atau mengambil tindakan untuk mengatasi atau beradaptasi dengan masalah tersebut.
Sebanyak 60 persen responden melaporkan mereka telah mengubah aktivitas pribadi dan perilaku pembelian mereka untuk mengatasi perubahan iklim.
Baca juga:
Respons tersebut cukup konsisten di seluruh kelompok usia dengan responden yang lebih muda (usia 18-34) melaporkan perilaku terkait iklim dan perubahan pembelian, sebesar 62 persen.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya