Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Tunggu Gas Langka, Rumah Tangga Bisa Manfaatkan Sampah Organik Jadi Biogas

Kompas.com, 5 Februari 2025, 15:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Kelangkaan gas elpiji dan antrean yang mengular memberikan pembelajaran bahwa energi merupakan komoditas yang sangat penting bagi kehidupan manusia, terkhusus keluarga dan rumah tangga.

Oleh karena itu, penting bagi sebuah keluarga untuk meningkatkan ketahanan energi dari level terkecil.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh rumah tangga adalah menyediakan energi secara mandiri agar tidak terlalu bergantung dengan satu jenis energi saja.

Baca juga: Forward7 dan Sistema.bio Hadirkan Teknologi Biogas Modern bagi Pemilik Peternakan Kecil di Nepal dan Indonesia

Bahkan, rumah tangga bisa menerapkan konsep waste to energy allias limbah menjadi energi memanfaatkan sampah organik menjadi biogas untuk memasak.

Salah satu lembaga yang mendorong ketahanan energi melalui pemanfaatan biogas adalah Yayasan Rumah Energi.

Satu program yang bisa diduplikasi rumah tangga untuk menyediakan biogas secara mandiri di rumah bernama Biogas Mini Rumahan (Biomiru).

Program Manager for Renewable Energy Rumah Energi Danastri Widoningtyas mengatakan, Biomiru memanfaatkan limbah organik rumah tangga menjadi biogas berupa metana yang bisa dimanfaatkan untuk memasak.

Dengan memanfaatkan limbah organik menjadi energi, ada dua masalah yang bisa diselesaikan sekaligus yakni mengatasi sampah dan meningkatkan ketahanan energi.

"Limbah-limbah kita daripada terbuang, itu bisa jadi salah satu opsi kalau mau memanfaatkan gasnya," kata Ninis, sapaannya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (5/2/2025).

Selain menghasilkan biogas, Biomiru juga menghasilkan pupuk organik yang bisa dimanfaatkan sendiri untuk menyuburkan tanaman pangan.

Baca juga: Perancis Mulai Wajibkan Warganya Pilah Sampah Organik, Dijadikan Kompos dan Biogas

Bahan-bahan

Spesifikasi Biogas Mini Rumahan (Biomiru) dari Yayasan Rumah Energi.YAYASAN RUMAH ENERGI Spesifikasi Biogas Mini Rumahan (Biomiru) dari Yayasan Rumah Energi.

Bahan utama yang dibutuhkan untuk membuat Biomiru yakni tandon air berbahan polyethylene (PE) sebagai digester dan pipa pvc.

Digester sendiri adalah wadah atau tempat terjadinya reaksi kimia sehingga menghasilkan biogas dan pupuk kompos.

Biomiru terbagi menjadi tiga kapasitas biodigester yang disesuaikan dengan kapasitas tandon air di pasaran yakni 650 liter, 1.000 liter, dan 2.000 liter.

Luas lahan yang dibutuhkan untuk membuat Biomiru pun tidak terlalu besar, antara 2 meter persegi sampai 6 meter persegi.

Ninis menuturkan, proses pembuatan Biomiru bisa dilakukan secara mandiri sesuai panduan yang sudah disediakan atau didampingi oleh tenaga ahli.

"Proses pembuatan sampai pemanfaatan sudah ada panduannya. Kalau membutuhkan asistensi secara teknisnya bisa menghubungi Rumah Energi," ujar Ninis.

Baca juga: Ubah Limbah Tongkol Jagung Jadi Energi, Pabrik Biogas Dibangun di Lombok

Dia menambahkan, investasi untuk kapasitas biodigester paling kecil sekitar Rp 7 juta, tergantung harga material di sekitar lokasi.

Setelah instalasi selesai, biodigester tersebut perlu diisi campuran kotoran sapi dan sampah organik sebagai starter atau resep awal untuk membuat biogas.

Setelah memasukkan sampuran awal, kemudian diamkan selama 14 hari. Usai itu, biodigester bisa diisi sampah organik rumah tangga secara kontinyu, bisa sehari tiga kali atau sehari sekali.

Campurannya adalah satu wadah sampah organik dicampur dengan satu wadah air.

Kendati demikian, ada beberapa sampah organik yang tidak bisa dimasukkan ke dalam biodigester, yakni sampah bersifat asam seperti kulit jeruk dan tulang-tulang.

Baca juga: Sulap Limbah Tahu Jadi Biogas, Warga Sambak Lepas Ketergantungan Elpiji

Durasi

Ilustrasi instalasi Biogas Mini Rumahan (Biomiru) dari Yayasan Rumah Energi.YAYASAN RUMAH ENERGI Ilustrasi instalasi Biogas Mini Rumahan (Biomiru) dari Yayasan Rumah Energi.

Ninis menggarisbawahi, biodigester yang sudah terpasang dan menghasilkan biogas perlu diisi secara kontrinyu agar proses kimia di dalamnya terus berjalan.

Kedisiplinan tersebut perlu dilakukan. Pasalnya, apabila pengisiannya macet dan proses produksi biogasnya terhenti, maka pemilik perlu mengulangi prosesnya dari awal.

Masing-masing kapasitas biodigester memiliki durasi nyala api untuk memasak yang berbeda-beda.

Kapasitas 650 liter memiliki durasi sekitar 30 menit, kapasitas 1.000 liter berdurasi sekitar 60 menit, dan kapasitas 2.000 liter memiliki durasi sekitar 90 menit.

Setelah biogas habis, pemilik perlu menunggu proses kimia dalam biodigester hingga gas tersedia kembali.

Dengan demikian, kehadiran instalasi biogas bisa menjadi cadangan atau opsi lain untuk meningkatkan ketahanan energi di rumah, sekaligus mengatasi sampah organik.

"Poin plusnya adalah yaitu memanfaatkan limbah yang ada walaupun mungkin belum memenuhi kebutuhan masak secara penuh," ujar Ninis.

Sejak diluncurkan beberapa tahun lalu, jumlah rumah tangga yang memanfaatkan Biomiru di Indonesia tercatat sekitar 1.800 rumah tangga.

Baca juga: Mengolah Sampah Organik Jadi Biogas

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
LSM/Figur
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
Swasta
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Pemerintah
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
Pemerintah
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau