KOMPAS.com – Peternakan sapi merupakan salah satu sektor yang berkontribusi besar terhadap peningkatan pemanasan global karena menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK).
Pada 2021, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) mencatat, sapi ternak menghasilkan emisi GRK sebesar 5.024 gigaton CO2 ekuivalen (CO2e). Emisi ini mencakup sekitar 62 persen dari total gas rumah kaca yang dihasilkan sektor peternakan di dunia.
Di sisi lain, tak dapat dimungkiri bahwa tren konsumsi daging sapi cenderung meningkat. Di Indonesia, konsumsi daging sapi mencapai tingkat tertinggi dalam satu dekade terakhir pada 2022.
Menjawab tantangan tersebut, Forward7—gerakan Inisiatif Hijau Timur Tengah atau Middle East Green Initiative (MGI)—berkolaborasi dengan perusahaan sosial global yang dikenal dengan teknologi biogas modern dan inovatif, Sistema.bio, meluncurkan penyediaan instalasi biogas (biodigester) bagi peternak kecil di Nepal dan Indonesia
Sebagai informasi, biodigester adalah alat yang dapat mengubah limbah organik menjadi biogas. Biodigester bekerja dengan cara mempercepat pembusukan bahan organik secara anaerob (tanpa oksigen). Alat ini dapat digunakan untuk mengolah berbagai jenis limbah, termasuk kotoran hewan ternak penyebab emisi GRK.
Baca juga: Ubah Limbah Tongkol Jagung Jadi Energi, Pabrik Biogas Dibangun di Lombok
Lewat kolaborasi itu, Forward7 dan Sistema.bio ditargetkan akan memasang hingga 800 unit biodigester di Indonesia dan Nepal pada Januari 2025.
Untuk diketahui, Forward7 berkomitmen untuk menyediakan solusi memasak ramah lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan, memberdayakan perempuan, mengangkat kelompok-kelompok yang terpinggirkan, serta melindungi lingkungan dengan mengurangi emisi CO2 yang disebabkan oleh penggunaan metode memasak tradisional, seperti kayu dan batu bara.
Sementara, Sistema.bio berpengalaman dalam memproduksi serta mendistribusikan biodigester berkualitas tinggi dan terjangkau yang memungkinkan petani mengubah limbah menjadi energi terbarukan serta pupuk organik.
Bekerja sama dengan petani di seluruh dunia, Sistema.bio memberikan program mitigasi, penyerapan, serta adaptasi perubahan iklim berkualitas tinggi yang didukung oleh Pengukuran, Pelaporan, dan Verifikasi (MRV) yang didukung oleh IoT.
Di Indonesia sendiri, pemasangan biodigester akan dilakukan lewat kerja sama dengan PT Biru Karbon Nusantara (BKN).
Business Development Manager PT Biru Karbon Nusantara Agung Permadi mengatakan bahwa inisiatif tersebut menandai langkah signifikan untuk meningkatkan akses energi bersih bagi para peternak sapi perah skala kecil di Tanah Air.
“Instalasi biogas dengan kapasitas 2 hingga 40 meter kubik akan dipasang di wilayah-wilayah utama di Indonesia dan Nepal. Pembangkit biogas ini memungkinkan petani mengubah limbah organik menjadi energi bersih sehingga mereka mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar memasak tradisional,” jelas Agung dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (16/10/2024).
Baca juga: Pengertian Biogas, Kelebihan, dan Kekurangannya
Selain menyediakan akses terhadap energi bersih, lanjut dia, proyek tersebut juga mempromosikan praktik pengelolaan limbah ternak yang efektif.
Instalasi biogas juga dapat menghasilkan pupuk organik yang berfungsi sebagai pengganti pupuk kimia. Dengan begitu, petani dapat menghemat biaya dan meningkatkan kualitas tanah.
Agung mengatakan, kerja sama internasional antara Forward7, Sistema.bio, dan BKN diharapkan dapat mencegah dan mengurangi dampak perubahan iklim, sekaligus mendukung masa depan yang berkelanjutan.
“Ini menjadi bentuk kontribusi nyata kami untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDG) Poin 7, yakni Energi Bersih dan Terjangkau,” tegas Agung.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya