Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tergabung di GPAP, 25 Negara Bersatu Lawan Polusi Plastik

Kompas.com - 05/02/2025, 17:46 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Global Plastic Action Partnership (GPAP) menyambut tujuh anggota baru baru-baru ini. Negara-negara tersebut adalah Angola, Bangladesh, Gabon, Guatemala, Kenya, Senegal, dan Tanzania.

Dengan bergabungnya ketujuh negara itu, total ada 25 negara yang menjadi anggota GPAP.

Bersatunya negara-negara ini pun menandai tonggak penting dalam perang melawan polusi plastik dan memperkuat GPAP sebagai inisiatif global terbesar yang didedikasikan untuk mengatasi akar penyebab dan memajukan ekonomi plastik sirkular di seluruh dunia.

Termasuk juga terus mendorong solusi permasalahan plastik seperti penggunaan bahan yang berkelanjutan, memperkuat sistem daur ulang, mengatasi emisi gas rumah kaca, dan banyak lagi.

Baca juga:

GPAP sendiri merupakan inisiatif global yang mempertemukan pemerintah, bisnis, masyarakat sipil, dan para ahli untuk memerangi polusi plastik dan memajukan ekonomi plastik sirkular.

Dikutip dari Eco Business, Rabu (5/2/2025) bergabungnya tujuh negara ini membawa momentum segar dan perspektif baru pada misi GPAP dalam memperkuat upaya nasional dan internasional untuk mengurangi polusi plastik.

GPAP sendiri mendukung negara-negara dalam membuat Peta Jalan Aksi Nasional yang disesuaikan, memobilisasi investasi, dan mendorong kolaborasi lintas sektor.

Hal tersebut telah berhasil memobilisasi investasi senilai 3,1 miliar dollar AS, menciptakan pekerjaan yang lebih aman bagi pekerja informal yang menangani limbah, mendukung negara-negara dalam mencapai kemajuan yang terukur dalam hal keberlanjutan dan ketahanan iklim.

"Mencapai tonggak 25 negara bukan sekedar perayaan angka tetapi juga bukti dari tekad global yang makin kuat untuk mengatasi salah satu tantangan paling mendesak di dunia," kata Clemence Schmid, Direktur GPAP.

“Kemitraan ini bukan sekadar simbolis, tetapi juga merupakan komitmen konkret untuk memikirkan kembali cara plastik diproduksi, dikelola, dan digunakan kembali. Bersama-sama, kita memetakan jalan menuju ekonomi plastik sirkular yang menguntungkan manusia dan planet ini,” tambahnya.

Baca juga:

Sampah plastik masih terus menimbulkan tantangan global yang mendesak.

Setidaknya 6 juta ton sampah plastik masuk ke lautan setiap tahun dan lebih dari dua kali lipat jumlah tersebut mencemari tanah, sampah plastik yang tidak dikelola dengan baik sangat mengganggu ekosistem, merusak keanekaragaman hayati, mengancam kesehatan dan mata pencaharian manusia di seluruh dunia.

Polusi plastik juga merupakan kontributor signifikan terhadap perubahan iklim, yang bertanggung jawab atas sekitar 1,8 miliar ton emisi gas rumah kaca setiap tahunnya.

Ke depannya, GPAP akan terus menyatukan negara-negara dan pemangku kepentingan lainnya untuk membangun ekonomi sirkular untuk plastik di seluruh siklus hidupnya dan mengubah bahan limbah menjadi sumber daya berharga yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, adil, serta tangguh bagi semua.

Diperkirakan solusi sirkular dapat menciptakan hingga 6 juta lapangan kerja secara global pada tahun 2030, dengan sektor plastik mendorong sebagian besar transformasi ini.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau