Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eropa Bakal Punya Turbin Angin dengan Bilah Kayu Terpanjang di Dunia

Kompas.com, 8 Februari 2025, 14:08 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com-Turbin angin kini menjadi bagian yang penting dalam menghasilkan energi terbarukan. Namun ada satu tantangan yang harus dihadapi dalam industri energi angin tersebut.

Setelah dinonaktikan, sebagian besar bilah atau baling-baling turbin yang biasanya menggunakan logam sering kali berakhir di tempat pembuangan sampah.

Dan bilah yang sampai ke fasilitas daur ulang menghasilkan emisi gas rumah kaca dalam jumlah besar saat dipecah.

Untuk mengakalinya, perusahaan asal Jerman, Voodin Blade Technology bermitra dengan produsen peralatan Senvion, merancang alternatif bilah turbin menjadi terbuat dari kayu.

Menariknya, bilah turbin yang akan diuji coba ini pun diklaim sebagai bilah turbin angin terbuat dari kayu yang terpanjang di dunia.

Baca juga:

"Kolaborasi strategis ini merupakan langkah maju yang besar dalam mengatasi salah satu tantangan terbesar industri angin yakni daur ulang bilah turbin angin," terang Senvion dalam keterangan resminya.

Rencananya, seperti dikutip dari Popular Science, Sabtu (8/2/2025) perusahaan tersebut akan memulai pengujian di lokasi yang belum ditentukan di Eropa pada akhir tahun 2026 hingga awal tahun 2027.

Lebih lanjut, bilah turbin dibuat dengan kayu lapis laminasi (LVL), kayu rekayasa ringan yang populer dan mampu menahan beban besar.

Kayu yang pertama kali dikembangkan pada 1980-an ini diproduksi dengan menggunakan perekat untuk mengikat beberapa lapisan kayu tipis dalam kondisi yang sangat terkendali.

Material konstruksi yang hasilkan pun jauh lebih kuat daripada kayu lapis, sekaligus tahan terhadap lengkungan atau penyusutan.

Voodin mengklaim bilah turbin LVL-nya sepenuhnya dapat terurai secara hayati, dan bersumber secara berkelanjutan dari pohon pinus cemara musim semi Nordik.

Komponen alternatif tersebut juga harganya 28 persen lebih murah daripada bilah logam standar, serta menghasilkan emisi CO2 78 persen lebih sedikit selama proses pembuatannya.

Baca juga: Negara UE Perbarui Sasaran Energi Terbarukan Lepas Pantai

Sebelumnya, perusahaan melakukan pengujian bilah kayu turbin pertama pada 2024 lalu dengan bilah kayu sepanjang 19,3 meter.

Namun setelah melakukan studi kelayakan, perusahaan kembali akan membangun dan menguji prototipe turbin dengan ukuran yang lebih panjang pada akhir tahun 2026 hingga awal tahun 2027.

Bilah-bilah turbin diperkirakan akan berukuran lebih dari 50 meter dan kemungkinan menjadikannya sebagai bilah turbin terpanjang dari jenisnya yang pernah dibuat.

"Bilah turbin angin kayu tidak hanya merupakan kemajuan teknologi yang inovatif, tetapi juga lompatan signifikan menuju ekosistem energi angin yang lebih berkelanjutan," kata CEO Voodin Tom Siekmann.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Menjaga Bumi Nusantara Melalui Kearifan Lokal
Menjaga Bumi Nusantara Melalui Kearifan Lokal
Pemerintah
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Pemerintah
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
LSM/Figur
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pemerintah
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Pemerintah
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Pemerintah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Pemerintah
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
LSM/Figur
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
LSM/Figur
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
Pemerintah
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
LSM/Figur
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
Pemerintah
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
Pemerintah
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
LSM/Figur
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau