KOMPAS.com - Alasan kepraktisan kerap kali membuat kita mengonsumsi minuman dengan kemasan plastik, mulai dari air mineral, teh, kopi, minuman berprotein tinggi, hingga vitamin.
Di Indonesia, minuman dengan kemasan plastik hadir dalam beragam ukuran. Ada yang mendukung konsumsi porsi kecil dengan bentuk gelas berukuran 220 ml dan 240 ml, ada pula yang porsi besar berukuran 1,5 liter dan 2 liter yang mendukung konsumsi bersama.
Idealnya, kita tidak mengonsumsi minuman dengan kemasan plastik. Bawa air putih dengan tumbler. Membuat sendiri teh, kopi, ataupun protein shake di rumah dan menaruhnya dalam botol minum yang bisa dipakai berulang kali.
Namun, bagaimana jika kita dalam kondisi terpaksa? Riset yang dirilis di Scientific Reports pada Februari 2021 lalu memberi petunjuk soal kemasan yang harus kita pilih jika terpaksa membeli dan mengonsumsi minuman dalam kemasan plastik.
R. Becerril-Arreola dari University of South Carolina mengumpulkan 187 kemasan plastik dari ragam ukuran, ketebalan, dan merek. Dia mengukur berat polyethylene terephthalate (PET) yang digunakan untuk membuat kemasan plastik dengan ukuran tertentu.
Baca juga: Plana Ubah Sampah Plastik dan Sekam Jadi Material Pengganti Kayu
Semakin sedikit PET yang dibutuhkan untuk memproduksi kemasan plastik dalam ukuran dan jumlah tertentu, maka semakin efisien dan ramah lingkungan pula kemasan tersebut. Kurang lebih begitu logikanya.
Hasil riset mengungkap bahwa kemasan kecil, berukuran kurang dari 473 ml (16 oz), ialah kemasan yang paling tidak efisien dan ramah lingkungan. Ukuran kemasan plastik 2,8 liter (100 oz) adalah yang lebih "bersahabat bagi lingkungan."
Studi menguraikan bahwa jika 20 persen penjualan minuman kemasan kecil bisa dialihkan ke kemasan sedang (17-99 oz), maka limbah PET bisa berkurang 1 persen tiap tahun. Angka itu mungkin terlkihat kecil tetapi sebenarnya setara dengan pengurangan 9.978 ton PET.
Mengambil pelajaran dari riset itu, jika membeli air mineral, lebih baik memilih yang berukuran 1,5 liter dan menghindari kemasan gelas plastik. Pilihan itu tak serta merta mmebuat kita bebas dari dosa lingkungan, tetapi setidaknya mengurangi.
Mungkin kita punya alasan beda saat memilih kemasan kecil. Karena sedang diet, misalnya, maka memilih jus kemasan 250 ml dan bukan 500 ml. Kita bisa minta produsen untuk memberi skala. Jadi, kita bisa tetap beli 500 ml, tetapi meminumnya 2 kali dengan porsi pas.
Baca juga: Pemprov Bali Larang Instansi Sediakan AMDK Plastik, Wajibkan Bawa Botol Minuman
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya