Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UNICEF: 100 Kematian Anak per Hari di Asia Timur Terkait Polusi Udara

Kompas.com, 11 Februari 2025, 13:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Lebih dari 100 anak di bawah usia lima tahun meninggal setiap hari di seluruh Asia Timur dan Pasifik karena polusi udara.

Temuan tersebut diungkap berdasarkan analisis terbaru Dana Darurat Anak Internasional PBB atau UNICEF.

Direktur Regional UNICEF untuk Asia Timur dan Pasifik June Kunugi mengatakan, temuan tersebut mengungkapkan betapa bahayanya polusi udara bagi kesehatan anak.

Baca juga: Polusi Udara Kurangi Kemampuan Orang untuk Fokus

"Setiap napas penting, tetapi bagi banyak anak, setiap napas dapat membawa bahaya," kata Kunugi, sebagaimana dilansir Earth.org, Senin (10/2/2025).

UNICEF menyebtukan, 500 juta anak yang tinggal di Asia Timur dan Pasifik terpapar polusi udara pada tingkat yang tidak sehat. 

Dari jumlah tersebut, 235 juta tinggal di negara di mana tingkat PM2,5 tahunannya melebihi lima kali lipat batas aman yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Menurut WHO, batas aman PM2,5 selama 24 jam adalah 15 mikrogram per meter kubik dan ambang batas tahunan adalah 5 mikrogram per meter kubik. 

PM2,5 dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil, bahan bakar biomassa, dan limbah pertanian. PM2,5 menjadi polutan yang paling umum digunakan dalam pengukuran kualitas udara. 

Baca juga: Tergabung di GPAP, 25 Negara Bersatu Lawan Polusi Plastik

Bagi anak-anak, polusi udara dapat menyebabkan komplikasi serius karena tubuh mereka masih dalam tahap perkembangan. 

Penelitian dari UNICEF menemukan, ada kaitan antara polusi udara dengan asma, penyakit pernapasan, kanker, kematian dini, serta memengaruhi perkembangan saraf dan kemampuan kognitif.

Polusi udara rumah tangga

Dari semua kematian akibat polusi udara pada anak-anak di bawah usia lima tahun di Asia Timur dan Pasifik, polusi udara dalam ruangan bertanggung jawab atas lebih dari separuhnya.

Polusi udara rumah tangga berasal dari pembakaran bahan bakar yang tidak bersih dan kompor berbahan bakar padat untuk memasak.

Pembakaran tersebut melepaskan polutan berbahaya seperti nitrogen oksida, karbon monoksida, dan partikel.

Baca juga: Pengadilan Uni Eropa: Kegagalan Tangani Polusi adalah Pelanggaran HAM

Jenis polusi udara ini terkait dengan ketimpangan dan kemiskinan. Sekitar 3 miliar orang menggunakan sumber bahan bakar yang tidak bersih di negara-negara termiskin yang mencakup Afrika, Amerika Latin, dan negara-negara Asia Tenggara.

Wanita dan anak perempuan terkena dampak secara tidak proporsional karena mereka menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan. 

Menurut analisis WHO tahun 2016, anak perempuan di rumah tangga yang bergantung pada bahan bakar yang tidak bersih kehilangan sekitar 20 jam setiap minggu untuk mengumpulkan kayu atau air.

Ini berarti bahwa mereka berada pada posisi yang kurang menguntungkan, baik dibandingkan dengan rumah tangga yang memiliki akses ke bahan bakar bersih, maupun dengan anak laki-laki.

 Baca juga: Produksi Kendaraan Listrik di China Disebut Bisa Pangkas Emisi dan Atasi Polusi

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Menjaga Bumi Nusantara Melalui Kearifan Lokal
Menjaga Bumi Nusantara Melalui Kearifan Lokal
Pemerintah
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Pemerintah
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
LSM/Figur
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pemerintah
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Pemerintah
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Pemerintah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Pemerintah
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
LSM/Figur
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
LSM/Figur
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
Pemerintah
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
LSM/Figur
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
Pemerintah
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
Pemerintah
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
LSM/Figur
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau