Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuaca Ekstrem Picu Kematian 100 Ton Ikan di Waduk Jatilihur Purwakarta

Kompas.com - 12/02/2025, 13:28 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengungkapkan, cuaca ekstrem menyebabkan kematian 100 ton ikan di kawasan Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat.

Dari jumlah ini, mayoritas jenis ikan yang mati adalah ikan mas dengan nilai kerugian mencapai Rp 2,2 miliar.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Tb Haeru Rahayu, menyampaikan bahwa fenomena cuaca ekstrem memicu penurunan massa air dan upwelling. Sehingga, pasokan oksigen di dalam air menurun drastis.

Baca juga: Cegah Cuaca Ekstrem, 6.400 Kg Garam Ditebar di Langit Jakarta

“Fenomena kematian massal ini selain upwelling, berdasarkan hasil pengecekan dari tim KKP, yaitu penggunaan keramba jaring apung (KJA) sudah tidak sesuai dan melebih kapasitas," kata Haeru dalam keterangan tertulis, Rabu (12/2/2025).

Karena itu, pihaknya meminta masyarakat menggunakan KJA sesuai standar serta daya dukung dengan zonasi yang ditentukan.

Menurut Haeru, KKP telah melakukan upaya pencegahan maupun pengendalian kematian massal ikan. Ini termasuk peringatan cuaca ekstrem kepada pembudidaya.

“Peringatan cuaca ekstrem sudah kami imbau dan tanda-tanda kualitas air tidak bagus juga sudah mulai kelihatan. Kenapa tidak dilakukan panen total atau panen awal? Sehingga risiko kematian massal dapat dihindari,” tuturnya.

Sementara itu, Direktur Ikan Air Tawar KKP, Ujang Komarudin, menuturkan pembudidaya sesungguhnya mengetahui terkait cuaca ekstrem. Namun, mereka justru menahan panen ikan hasil budidaya supaya agar mencapai ukuran yang lebih besar.

Baca juga: Biaya Cuaca Ekstrem 2024 Capai 550 Miliar Dollar AS

Adapun saat ini pembudidaya diminta untuk tidak beraktivitas di Waduk Jatiluhur hingga cuaca kembali normal.

"Kami merekomendasikan, segera angkat ikan yang sudah mati dari perairan dan langsung kubur supaya kondisi perairan waduk cepat kembali normal dan tidak tercemar,” ucap Ujang.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Unhans dan University of Hawai’i Bahas Kemiri Jadi Bahan Bakar Pesawat

Unhans dan University of Hawai’i Bahas Kemiri Jadi Bahan Bakar Pesawat

LSM/Figur
Perayaan Paskah di Inggris Hasilkan 8.000 Ton Sampah Kemasan Telur Cokelat

Perayaan Paskah di Inggris Hasilkan 8.000 Ton Sampah Kemasan Telur Cokelat

Pemerintah
MIND ID Siapkan 4 Proyek Prioritas yang Bisa Didanai Danantara

MIND ID Siapkan 4 Proyek Prioritas yang Bisa Didanai Danantara

BUMN
Nestle Manfaatkan Limbah Sekam Padi untuk Bahan Bakar di 3 Pabrik

Nestle Manfaatkan Limbah Sekam Padi untuk Bahan Bakar di 3 Pabrik

Swasta
Penetapan Taman Nasional di Pegunungan Meratus Dinilai Ciderai Kehidupan Masyarakat Adat

Penetapan Taman Nasional di Pegunungan Meratus Dinilai Ciderai Kehidupan Masyarakat Adat

LSM/Figur
Langkah Hijau Apple, Pangkas Emisi Gas Rumah Kaca Global Lebih dari 60 Persen

Langkah Hijau Apple, Pangkas Emisi Gas Rumah Kaca Global Lebih dari 60 Persen

Pemerintah
Pengesahan UU Masyarakat Adat Jadi Wujud Nyata Amanat Konstitusi

Pengesahan UU Masyarakat Adat Jadi Wujud Nyata Amanat Konstitusi

LSM/Figur
KLH Tempatkan Tim Khusus Tangani Sampah Laut di Bali

KLH Tempatkan Tim Khusus Tangani Sampah Laut di Bali

Pemerintah
75 Tahun Hubungan RI-China Jadi Momentum Perkuat Pembangunan Hijau

75 Tahun Hubungan RI-China Jadi Momentum Perkuat Pembangunan Hijau

LSM/Figur
Pemprov DKI Pasang 111 Alat Pemantau Kualitas Udara, Bisa Diakses Lewat JAKI

Pemprov DKI Pasang 111 Alat Pemantau Kualitas Udara, Bisa Diakses Lewat JAKI

Pemerintah
KG Media Hadirkan Lestari Awards sebagai Ajang Penghargaan ESG

KG Media Hadirkan Lestari Awards sebagai Ajang Penghargaan ESG

Swasta
Tren Investasi Properti Indonesia Mengarah ke Keberlanjutan

Tren Investasi Properti Indonesia Mengarah ke Keberlanjutan

Pemerintah
Ahli Yakin Harimau Jawa Tak Mungkin Masih Ada dengan Kondisi Saat Ini

Ahli Yakin Harimau Jawa Tak Mungkin Masih Ada dengan Kondisi Saat Ini

LSM/Figur
Gapki Antisipasi Kebakaran Lahan Sawit Jelang Musim Kemarau

Gapki Antisipasi Kebakaran Lahan Sawit Jelang Musim Kemarau

LSM/Figur
Menteri LH: Gangguan Lingkungan di Pulau Kecil Masif akibat Tambang

Menteri LH: Gangguan Lingkungan di Pulau Kecil Masif akibat Tambang

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau