Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Iklim Ancam Situs Warisan Alam Dunia, Terutama di Asia Tenggara

Kompas.com - 13/02/2025, 16:08 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Situs warisan alam dunia, seperti Kepulauan Galapagos, Taman Nasional Serengeti, dan Great Barrier Reef akan menghadapi tekanan majemuk akibat perubahan iklim.

Situs warisan alam dunia merupakan kawasan yang diakui oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) atas keindahan alam atau keanekaragaman hayati, ekosistem, dan nilai geologisnya yang luar biasa.

Situs warisan alam dunia juga diakui secara internasional sebagai ekosistem terpenting di Bumi dan dilindungi secara hukum berdasarkan Konvensi Warisan Dunia.

Dalam studi yang dipublikasikan di Communications Earth & Environment, Guolong Chen dari Peking University dan tim menilai dampak panas ekstrem, curah hujan, dan kekeringan pada 250 situs warisan alam dunia dalam berbagai skenario emisi.

Seperti dikutip dari Eco Business, Kamis (13/2/2025), mereka menemukan bahwa dalam skenario rendah emisi, 33 dari 250 situs warisan akan menghadapi setidaknya satu tekanan iklim pada akhir abad ini. 

Dalam skenario emisi sedang, jumlah ini meningkat menjadi 188 situs. Sementara, dengan emisi tinggi, hampir semua lokasi akan mengalami tekanan majemuk, seperti gabungan kekeringan dan curah hujan ekstrem. 

Baca juga: Bagaimana Keanekaragaman Hayati Pengaruhi Kehidupan Manusia?

Peneliti juga memperingatkan, lokasi yang terletak di garis lintang tengah dan di wilayah tropis kemungkinan akan menghadapi risiko iklim terbesar saat planet ini menghangat. Situs di Asia Tenggara mengalami tekanan besar bahkan dalam skenario emisi rendah.

"Wilayah tropis merupakan rumah bagi keanekaragaman hayati yang kaya dan ekosistem yang beragam, termasuk jenis lahan alami yang vital seperti hutan," papar Chen yang jadi penulis utama studi.

"Peningkatan suhu di wilayah tropis akan berdampak negatif pada keanekaragaman hayati, yang mengancam stabilitas ekosistem," katanya lagi.

Lebih lanjut, peneliti menemukan bahwa sebagian besar situs warisan alam dunia sudah mengalami panas ekstrem yang menimbulkan tantangan bagi konservasi.

Menurut kumpulan data suhu ERA5 dari Pusat Prakiraan Cuaca Jangka Menengah Eropa (ECMWF) selama tahun 2000-2015, 45 persen lokasi situs warisan alam dunia menghadapi panas ekstrem.

Jika pemanasan global tetap sejalan dengan jalur emisi rendah, jumlah lokasi yang mengalami panas ekstrem ini akan berkurang hingga 2 persen pada akhir abad ini.

Akan tetapi jika itu emisi tidak ditekan maka angka situs warisan alam yang mengalami panas ekstrem meningkat 69 persen (skenario emisi menengah) dan 98 persen (skenario emisi tinggi).

Selain itu, peneliti memperingatkan pula bahwa pengaruh gabungan dari suhu dan curah hujan atau kekeringan ekstrem bisa berdampak parah. Persentase situs warisan dunia alam yang terpapar peristiwa iklim ekstrem gabungan bisa meningkat dari 17 persen di bawah jalur emisi menengah menjadi 31 persen di bawah jalur emisi tinggi.

Baca juga: Sebagian Besar Keanekaragaman Hayati Hutan Hujan Terancam

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau