Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 12 Februari 2025, 17:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Indonesia menjadi negara penghasil polusi plastik terbesar ketiga di dunia. 

Temuan tersebut mengemuka berdasarkan studi dari para peneliti di University of Leeds yang dirilis dalam jurnal Nature pada September 2024.

Dalam penelitian tersebut, Indonesia menghasilkan polusi plastik 3,4 metrik ton dalam setahun.

Baca juga: Minuman dalam Kemasan Plastik Kecil Paling Berbahaya bagi Lingkungan

Peringkat teratas diduduki oleh India dengan polusi plastik 9,3 juta metrik ton per tahun, disusul Nigeria sebesar 3,5 juta metrik ton per tahun.

Sementara itu, negara yang menduduki peringkat empat dengan polusi plastik terbanyak adalah China yang menghasilkan 2,8 metrik tok per tahun.

Selain itu, negara dengan polusi plastik terbanyak lainnya setelah China adalah Pakistan, Bangladesh, Rusia, dan Brasil.

Secara keseluruhan, jumlah polusi plastik yang dihasilkan dari aktivitas manusia mencapai 52 juta metrik ton. Dari jumlah tersebut, lebih dari dua pertiganya berasal dari negara-negara berkembang.

Dalam studi tersebut, para peneliti melakukan analisis dan asesmen di lebih dari 50.000 kota di seluruh dunia.

Baca juga: Ketika Presiden AS Ikut Campur Urusan Sedotan Plastik...

Studi tersebut meneliti plastik yang terbuang ke lingkungan terbuka. Studi tersebut tidak meneliti plastik yang dibuang ke tempat pembuangan sampah atau dibakar dengan benar.

Penelitian ini menggunakan kecerdasan buatan untuk meneliti plastik yang dibakar secara tidak benar atau dibuang begitu saja.

Selain menganalisis polusi plastik di level negara, penelitian tersebut juga meneliti sampah plastik di perkotaan.

Costas Velis, penulis utama studi tersebut, menuturkan, Kota Lagos di Nigeria menjadi kota dengan polusi plastik terbanyak di dunia.

Selaoin Lagos, kota-kota yang menghasilkan polusi plastik terbanyak adalah New Delhi di India, Luanda di Angola, Karachi di Pakistan, dan Kairo di Mesir.

Baca juga: Kebijakan dan Tujuan Lingkungan Ihwal Sampah Plastik Belum Selaras

Velis menuturkan, tingginya polusi plastik di negara-negara berkembang disebabkan oleh kurangnya sumber daya dan kemampuan pemerintah untuk menyediakan layanan yang diperlukan bagi warga negara.

Di sisi lain, polusi plastik tak bisa lepas dari produksi plastik.

Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan, produksi plastik kemungkinan akan meningkat dari sekitar 400 juta metrik ton per tahun menjadi lebih dari 1,1 miliar metrik ton.

Dan banyak ilmuwan percaya bahwa produksi plastik melepaskan sejumlah besar gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap perubahan iklim.

Neil Tangri dari GAIA, kelompok organisasi internasional yang menangani program limbah dan lingkungan, menuturkan bahwa selain menangani polusi plastik, penanganannya di hulu juga harus menjadi perhatian.

Baca juga: Plana Ubah Sampah Plastik dan Sekam Jadi Material Pengganti Kayu

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Ini Hitungan Kerugian Ekonomi yang Terjadi di Indonesia akibat Krisis Iklim
Ini Hitungan Kerugian Ekonomi yang Terjadi di Indonesia akibat Krisis Iklim
Pemerintah
Bukan dari Aspirasi Petani, Kebijakan Pertanian Sulit Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
Bukan dari Aspirasi Petani, Kebijakan Pertanian Sulit Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
LSM/Figur
BMKG Perkirakan Hujan Lebat Disertai Petir Bakal Landa Sejumlah Wilayah
BMKG Perkirakan Hujan Lebat Disertai Petir Bakal Landa Sejumlah Wilayah
Pemerintah
Incar Ekonomi Tumbuh 8 Persen, RI Perlu Andalkan Peternakan dan Perikanan
Incar Ekonomi Tumbuh 8 Persen, RI Perlu Andalkan Peternakan dan Perikanan
Pemerintah
Perubahan Iklim Bisa Ganggu Kualitas Tidur, Kok Bisa?
Perubahan Iklim Bisa Ganggu Kualitas Tidur, Kok Bisa?
Pemerintah
Koalisi Manajer Aset Net Zero Kembali, Tapi Tanpa Komitmen Iklim 2050
Koalisi Manajer Aset Net Zero Kembali, Tapi Tanpa Komitmen Iklim 2050
Pemerintah
7.500 Peserta Ikuti PLN Electric Run 2025, Ajang Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia
7.500 Peserta Ikuti PLN Electric Run 2025, Ajang Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia
BUMN
Jangkar Kapal Merusak Terumbu Karang di TN Komodo, Potret Gagalnya Tata Kelola Pariwisata
Jangkar Kapal Merusak Terumbu Karang di TN Komodo, Potret Gagalnya Tata Kelola Pariwisata
LSM/Figur
Studi Ungkap Emisi Penerbangan Nyata Bisa Tiga Kali Lipat Lebih Tinggi dari Kalkulator Karbon
Studi Ungkap Emisi Penerbangan Nyata Bisa Tiga Kali Lipat Lebih Tinggi dari Kalkulator Karbon
Pemerintah
Sektor Pertanian Harus Tumbuh 4,7 Persen Per Tahun Jika Pertumbuhan PDB RI Ingin Capai 8 Persen
Sektor Pertanian Harus Tumbuh 4,7 Persen Per Tahun Jika Pertumbuhan PDB RI Ingin Capai 8 Persen
LSM/Figur
Kemenaker: 104 Kecelakaan Kerja Terjadi di 'Smelter' Nikel, SOP hingga K3 Masih Diabaikan
Kemenaker: 104 Kecelakaan Kerja Terjadi di "Smelter" Nikel, SOP hingga K3 Masih Diabaikan
Pemerintah
Emisi Tak Terlihat dari Colokan Listrik
Emisi Tak Terlihat dari Colokan Listrik
Pemerintah
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
BUMN
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
LSM/Figur
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau