KOMPAS.com – Meski memiliki keterbatasan, Firdaus tak berpangku tangan. Bersama sejumlah penyandang disabilitas fisik yang tergabung dalam Komunitas Daksa Mandiri, Firdaus bertekad besar untuk berdaya dan terus berjuang.
Komunitas Daksa Mandiri merupakan komunitas yang beranggotakan penyandang disabilitas di Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan (Tangsel).
Di komunitas itu, terdapat sekitar 30 individu penyandang disabilitas fisik akibat polio, amputasi, dan cerebral palsy. Setiap anggota komunitas memiliki jenis usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang berbeda untuk menyambung hidup, mulai dari menjahit, produksi makanan, hingga usaha warung.
Sayangnya, dalam menjalankan usaha, mereka kerap menghadapi tantangan sosial dan ekonomi. Terlebih, sebagian besar dari mereka masih menjajakan usaha secara offline atau belum go digital.
Beruntung, sejak Agustus 2024, Komunitas Daksa Mandiri berkesempatan mengikuti program pemberdayaan disabilitas “Komunitas Berdaya Nusantara” yang diinisiasi oleh PT Nusantara Infrastructure Tbk (NI) bersama PT Metro Pacific Tollways Indonesia Services (MPTIS).
“Teman-teman disabilitas di Tangsel mendapatkan pelatihan untuk mendukung keberlanjutan UMKM kami,” ujar Firdaus, salah satu anggota Komunitas Daksa Mandiri yang menjadi binaan program Komunitas Berdaya Nusantara.
Firdaus adalah satu dari anggota kelompok yang memiliki usaha peternakan ayam. Ia menilai bahwa program corporate social responsibility (CSR) tersebut dapat membantunya mengatasi berbagai kendala yang dialami.
“Semoga usaha anggota Komunitas Daksa Mandiri mampu berjalan secara mandiri dan berkelanjutan,” ucap Firdaus.
Head of Corporate Communication and CSR PT Nusantara Infrastructure Tbk Indah D. P. Pertiwi mengatakan, program pemberdayaan tersebut bertujuan untuk meningkatkan soft skill kelompok disabilitas, membangun motivasi kewirausahaan secara mandiri, serta memperluas lapangan kerja dan pasar pekerjaan yang inklusif bagi penyandang disabilitas.
“Dengan demikian, ekosistem yang mendukung keberdayaan mereka secara berkelanjutan dapat tercipta,” ucap Indah.
Program itu memiliki beberapa framework inovasi dan pemberdayaan, yakni strategi bisnis dan literasi finansial yang ditujukan untuk semua anggota. Di samping itu, peserta juga bisa memilih salah satu opsi kelas spesifik sesuai dengan sektor usaha yang sedang dikembangkan, seperti food business, farm business, serta fashion business.
Melalui program tersebut, anggota komunitas juga mendapatkan dukungan sarana prasarana, seperti food freezer dan alat masak untuk bisnis kuliner, mesin jahit untuk bisnis pakaian, dan sarana prasarana ternak untuk bisnis peternakan.
Mereka juga mendapatkan pelatihan branding produk dan pendampingan pemasaran melalui platform digital. Dalam program tersebut, PT NI juga memberikan alat bantu gerak berupa lengan protesis kepada salah satu anggota komunitas untuk menunjang produktivitas sehari-hari peserta.
Keberhasilan Program Komunitas Berdaya Nusantara juga tergambar dalam Laporan Social Return on Investment (SROI) yang dihitung per Agustus hingga Desember 2024.
SROI sendiri merupakan metode untuk mengukur dampak sosial, lingkungan, dan ekonomi dari suatu program. SROI digunakan untuk menilai efektivitas dan efisiensi program, terutama program CSR.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya