Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ribuan Serpihan Plastik Berukuran Nano Ditemukan di Air Minum Kemasan

Kompas.com - 17/02/2025, 17:30 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hasil studi dari Universitas Colombia dan Universitas Rutgers di Amerika Serikat menemukan rata-rata ada sekitar 240.000 serpihan plastik dalam satu liter air minum kemasan standar yang biasa kita minum.

Peneliti mencatat dari jumlah tersebut 90 persennya di antaranya adalah nanoplastik--plastik dengan ukuran lebih kecil dari satu mikrometer.

Temuan ini didapat setelah para peneliti menguji tiga merek air minum kemasan yang tak disebutkan namanya.

"Ini jauh lebih banyak daripada kelimpahan mikroplastik yang dilaporkan sebelumnya dalam air minum kemasan," catat makalah yang dipublikasikan Proceedings of the National Academy of Sciences tahun lalu.

Mengutip ABC News, Senin (17/2/2025) Phoebe Stapleton, profesor farmakologi dan toksikologi di Universitas Rutgers dan salah satu penulis studi baru tersebut, mengatakan bahwa para ilmuwan telah mengetahui bahwa nanoplastik ada di dalam air.

Baca juga:

"Tetapi jika Anda tidak dapat mengukurnya atau tidak dapat melihatnya secara visual, sulit untuk mempercayai bahwa nanoplastik benar-benar ada di sana," katanya.

Hasil studi ini pun menurutnya dapat membantu penelitian di masa depan dan mengidentifikasi sejauh mana konsumsi nanoplastik dapat menimbulkan ancaman kesehatan bagi manusia.

Menanggapi hasil studi, Asosiasi Air Minum Kemasan Internasional (IBWA) mengatakan bahwa tidak ada metode standar dan tidak ada konsensus ilmiah tentang potensi dampak kesehatan dari partikel nano dan mikroplastik.

Mereka juga menambahkan laporan media tentang partikel dalam air minum tidak lebih dari sekedar menakut-nakuti konsumen.

Berbahaya bagi manusia?

Meski dapat sanggahan dari IBWA, tentu saja tetap ada pertanyaan, apakah nanoplastik itu berbahaya bagi manusia?

Melansir Medical News Today, tidak sepenuhnya pasti risiko apa yang mungkin timbul dari mengonsumsi partikel plastik.

Namun penelitian menunjukkan adanya alasan untuk khawatir.

Dr. Sara Benedé, dari Institut Riset Ilmu Pangan Dewan Riset Nasional Spanyol, yang tidak terlibat dalam penelitian menjelaskannya.

"Partikel plastik ini dapat menyebabkan cedera fisik dengan merusak, misalnya usus saat mengonsumsi makanan yang terkontaminasi atau paru-paru saat kita menghirupnya," katanya.

Sederhananya, potensi bahaya ini terjadi saat plastik bergesekan dengan jaringan.

Baca juga:

Selain itu, mikro dan nanoplastik juga dapat menjadi bahaya kimia karena mengandung zat aditif yang ditambahkan selama produksinya. Beberapa di antaranya adalah ftalat dan bisfenol A (BPA).

Keduanya dianggap sebagai pengganggu endokrin dan dapat mengubah fungsi sistem endokrin yang menyebabkan dampak buruk pada perkembangan, reproduksi, neurologis, dan kekebalan tubuh.

Partikel plastik kecil juga dapat mengandung zat yang tidak sehat.

"Mikropartikel dan nanopartikel memiliki kemampuan untuk mengikat semua jenis senyawa saat bersentuhan dengan cairan, sehingga bertindak sebagai pembawa semua jenis zat termasuk polutan lingkungan, racun, antibiotik, atau mikroorganisme,” kata Dr. Benedé.

Partikel plastik tidak homogen, tergantung pada bahan plastik asalnya, ukuran dan bentuknya. Hal ini membuat partikel plastik akan memiliki dampak yang berbeda dan dampak bahayanya bisa sangat beragam.

Plastik juga tidak mudah terurai secara biologis, jadi setelah tertelan, partikel plastik dapat bertahan dalam jangka waktu yang tidak ditentukan, yang berpotensi menimbulkan bahaya kesehatan jangka panjang.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau