JAKARTA, KOMPAS.com - Siswa SMA Pangudi Luhur di Jakarta Selatan kini mulai menggunakan papan meja dan kursi dari daur ulang sampah botol plastik.
Sebanyak 70 pasang meja dan kursi daur ulang mengisi dua ruang kelas. Perangkat belajar itu merupakan hasil kerja sama sekolah, alumni, dan Wastgood, komunitas daur ulang sampah.
Cundra Setiabudhi, alumni yang terlibat dalam produksi, menjelaskan bahwa ide daur ulang plastik untuk meha dan kursi itu berawal dari inisiatif sekolah melestarikan lingkungan.
"Saya sebagai alumni bantu sekolah merealisasikan movement tersebut dengan network yang kami punya. Wastgood-lah yang kami ajak kerja sama untuk produksi papan meja, dan bangku dengan skala kemampuan mengumpulkan stok botol dan tutup botol bekas yang cukup besar," ujar Cundra saat dihubungi, Senin (17/2/2025).
Bahan baku yang digunakan adalah botol bekas oli pelumas impor yang jumlahnya melimpah dan mudah didapatkan dari pengepul. Cundra menyebutkan puluhan pasang kursi dan meja itu berasal dari 950 kilogram botol dan tutup botol yang telah dicacah.
Hasil cacahan dimasak hingga meleleh lalu dibentuk papan meja serta bangku sesuai cetakannya. Menurut dia, modal produksi ini beral dari patungan bersama Yayasan SMA Pangudi Luhur dengan para alumni.
"Melalui komite orangtua murid, Yayasan Pangudi Luhur di Semarang menggelontorkan sebagian dana. Dan kami alumni juga kerja sama dengan orangtua murid, juga meneruskan budaya di Pangudi Luhur yaitu pasang ubin alumni di selasar sekolah," jelas Cundra.
Baca juga: Bukan Hanya Konsumen, Produsen Wajib Kurangi Sampah Plastik
"Sejak lama, dari 10 tahun lalu setiap alumni yang pingin namanya terukir rapih di ubin-ubin selasar sekolah akan bayar jumlah tertentu yang sekarang sedang terpakai untuk kebutuhan produksi meja dan bangku kelas," imbuh dia.
Satu pasang meja dan bangku menghabiskan dana Rp 2.000.000.
Keunggulan
Cundra mengatakan, meja dan kursi dari daur ulang botol plastik ini didesain khusus untuk dipakai murid SMA Pangudi Luhur yang seluruhnya adalah laki-laki. Sang desainer tidak banyak mengubah desain asli yang telah ada sejak 1960-an.
"Dalam desain baru, kami tetap mengandalkan kekuatan kerangka besi dengan ukuran yang disesuaikan dengan ergonomi ukuran rata-rata anak siswa sekarang yang sudah jauh lebih besar-besar dan berat," tutur Cundra.
Kini, pihaknya masih terus memproduksi papan meja dan kursi plastik. Dengan desain yang sama, pihaknya juga tengah memproduksi papan meja dan kursi menggunakan material bambu imitasi. Hal ini sekaligus mengajarkan kepada para siswa terkait penggunaan bahan ramah lingkungan.
"Semua design ini rencananya tidak kami perjual belikan, tetapi untuk keperluan pendidikan di sekolah-sekolah lain. Pasti kami akan sangat terbuka, ini tergantung permintaan nantinya," ucap Cundra.
Baca juga: BRIN Kembangkan Teknologi Radiasi untuk Tangani Limbah Plastik
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya