KOMPAS.com - Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan tanaman komersial penting bagi sekitar enam juta petani kecil di seluruh daerah tropis. Komoditas ini juga mendukung industri cokelat global yang bernilai lebih dari 100 miliar dollar AS per tahun.
Namun, studi baru yang dipimpin oleh Universitas Oxford di Inggris menemukan bahwa perubahan iklim bisa mengancam produksi kakao global.
Dikutip dari Phys, Senin (17/2/2025) dalam studi ini peneliti menyelidiki faktor-faktor utama yang memengaruhi hasil panen kakao.
Penelitian dilakukan di tiga negara penghasil kakao utama yaitu Brasil, Ghana, dan Indonesia yang menyumbang 33 persen produksi kakao global.
Baca juga:
Studi juga mengungkapkan lokasi dengan suhu hingga 7 derajat lebih hangat memiliki hasil panen kakao 20-31 persen lebih rendah. Hasil itu menggarisbawahi kerentanan daerah penghasil kakao terhadap dampak perubahan iklim.
Tak hanya soal kenaikan suhu saja, peneliti juga menemukan ada faktor lain yang memengaruhi produksi kakao.
Mereka menyebut penyerbukan oleh serangga yang terjadi tak cukup untuk menghasilkan hasil panen maksimum bagi banyak perkebunan kakao.
Namun, peneliti bilang peningkatan tingkat penyerbukan di atas tingkat saat ini dapat meningkatkan hasil panen hingga 20 persen.
"Kakao diserbuki oleh serangga kecil seperti agas dan thrips, dan cukup mengejutkan bahwa sebagian besar waktu tidak terjadi penyerbukan yang cukup untuk menghasilkan panen kakao yang memungkinkan," kata Dr. Acheampong Atta-Boateng, rekan penulis studi ini.
Untuk mendukung produksi kakao yang berkelanjutan, peneliti merekomendasi strategi praktis untuk meningkatkan penyerbukan.
Hal yang bisa dilakukan misalnya menjaga serasah daun dan biomassa lapisan bawah lainnya, menjaga bahan organik tanah, menyediakan naungan sedang, dan mengurangi penggunaan bahan kimia pertanian.
Praktik-praktik ini tidak hanya meningkatkan kelimpahan penyerbuk, tetapi juga membantu mengatur suhu perkebunan dan meningkatkan kesehatan tanah, memastikan ketahanan perkebunan jangka panjang.
Baca juga:
"Penelitian ini menunjukkan bahwa metode pertanian berkelanjutan dapat meningkatkan hasil kakao secara signifikan tanpa perluasan perkebunan kakao atau intensifikasi pertanian yang sering kali mengorbankan keanekaragaman hayati dan keberlanjutan jangka panjang," terang Dr. Tonya Lander, penulis pertama studi dari Universitas Oxford.
Dengan mengadopsi teknik pertanian yang berpusat pada keanekaragaman hayati dan tahan iklim, sektor kakao pun dapat meningkatkan produksi dan melindungi mata pencaharian petani.
Permintaan global terhadap tanaman kakao dan manfaat ekonomi bagi petani diketahui telah menyebabkan perkebunan dan homogenisasi ekologis dengan mengorbankan keanekaragaman hayati dan layanan ekosistem vital, seperti penyerbukan.
"Studi ini menyoroti risiko jangka panjang dan bagaimana penyerbukan dapat menjadi solusi ang bekerja berdampingan dengan sistem pertanian yang tangguh terhadap iklim untuk mencapai solusi jangka panjang yang berkelanjutan secara ekologis dan finansial," tambah Dr. Tom Wanger dari Universitas Westlake di China.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya