KOMPAS.com - Sebuah studi terbaru dari Koaksi Indonesia mengungkap bahwa dua dari lima anak muda Indonesia memiliki pemahaman tentang green jobs. Sementara itu, 58 persen responden lainnya masih belum memahami konsep dan relevansi pekerjaan hijau ini.
Penelitian tersebut melibatkan lebih dari 600 responden berusia 17 hingga 34 tahun dari sepuluh kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Banten, Yogyakarta, Denpasar, Pekanbaru, Kupang, Samarinda, dan Palu.
Hasil penelitian tersebut memberikan gambaran bagaimana anak muda melihat peluang green jobs dalam sektor ekonomi hijau serta tantangan yang mereka hadapi dalam mengakses informasi dan pelatihan terkait.
Baca juga: Keracunan Data, Modus Baru Menyasar Pelatihan AI
Kendala seperti kurangnya informasi dan terbatasnya akses ke program pelatihan seharusnya tidak menghambat minat anak muda terhadap green jobs.
Indonesia memiliki peluang besar dalam menciptakan green jobs, terutama di sektor energi terbarukan. Sektor ini menjadi perhatian dunia karena berkontribusi besar terhadap emisi karbon, salah satu penyebab perubahan iklim.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Indonesia menargetkan emisi nol bersih pada 2060 atau lebih cepat.
Baca juga: Bank di Eropa Gagal Tetapkan Rencana Emisi Nol Bersih
Transisi menuju energi terbarukan menjadi langkah utama dalam mencapai target tersebut sekaligus membuka peluang besar bagi green jobs.
Dengan demikian, generasi muda berkesempatan mendapatkan pekerjaan yang tidak hanya layak secara ekonomi tetapi juga berkelanjutan bagi lingkungan.
Koaksi Indonesia, melalui studinya “Green Jobs & Potensinya dalam Transisi Energi di Indonesia” menunjukkan bahwa peralihan ke energi terbarukan dapat menciptakan lapangan kerja dalam jumlah besar.
Mengutip hasil studi Koaksi Indonesia, berikut adalah skenario potensial yang diprediksi akan menciptakan lapangan kerja.
Baca juga: Lapangan Kerja, Kemiskinan, Ketimpangan, dan Pertumbuhan Ekonomi Berkualitas
Pertama, penambahan kapasitas energi terbarukan dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) diperkirakan akan menciptakan 7,2 juta total pekerjaan pada 2030.
Kedua, penambahan kapasitas energi terbarukan dari PLN (RUPTL) berpotensi menghasilkan 3,9 juta tahun kerja total pada 2030.
Ketiga, penambahan kapasitas dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) diprediksi menciptakan 432.000 tenaga teknik pada 2030 dan meningkat menjadi 1,12 juta tenaga teknik pada 2050.
Keempat, kapasitas pembangkit baru energi terbarukan sebesar 20,9 gigawatt (GW) dibandingkan energi fosil 19,6 GW akan membutuhkan 106.000 tenaga teknik untuk energi terbarukan, sedangkan energi fosil hanya membutuhkan 10.000 tenaga kerja.
Baca juga: PMK 11 Tahun 2025, PPN Jasa Tenaga Kerja dan Periklanan Berubah
Penelitian lain menunjukkan bahwa investasi dalam energi terbarukan dapat menciptakan hampir 70 persen lebih banyak lapangan kerja dibandingkan dengan investasi di energi fosil.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya