Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump Cabut Hibah Penelitian yang Mengandung Kata "Iklim"

Kompas.com - 24/02/2025, 17:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Pemerintahan Presiden AS Donald Trump mencabut dukungan dan hibah penelitian ilmiah di dalam maupun luar negeri yang mengandung kata "iklim".

Sejumlah akademikus mengatakan, hibah dan dukungan lain untuk penelitian yang merujuk pada krisis iklim juga dicabut, sebagaimana dilansir The Guardian, Jumat (21/2/2025).

Seorang ilmuwan lingkungan AS yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan, hibah yang sebelumnya diberikan kepada mereka dari Kementerian Transportasi untuk penelitian adaptasi iklim terancam ditarik.

Baca juga: Trump Disebut Tarik AS dari Panel Penilaian Iklim PBB

Mereka harus mengganti judulnya untuk menghilangkan kata "iklim" agar dana hibah dilanjutkan.

"Saya masih mendapatkan hibah tersebut karena saya mengubah judulnya," kata ilmuwan tersebut kepada The Guardian.

"Saya diberi tahu bahwa saya perlu melakukannya sebelum judul hibah dipublikasikan di situs web Kementerian Transportasi AS agar dapat mempertahankannya," sambungnya.

Kini, dia khawatir sains sangat dipengaruhi oleh politik. Jika peneliti tidak dapat menggunakan kata-kata tertentu, kemungkinan beberapa sains akan bias.

Baca juga: Sedotan Plastik vs Kertas, Kenapa Larangan Trump Tak Sepenuhnya Salah?

Referensi tentang iklim juga dihapus di tempat lain. Materi kursus di Pusat Pelatihan Kesiapsiagaan Bencana Nasional di Universitas Hawaii akan menghapus penyebutan tentang "perubahan iklim".

Perubahan tersebut memengaruhi sekitar belasan materi kursus yang berbeda.

Program beasiswa dan hibah Fulbright untuk luar negeri juga ditarget. Fulbright menawarkan sekitar 8.000 hibah per tahun kepada guru dan ilmuwan AS maupun asing.

Kaarle Hameri dari Universitas Helsinki di Finlandia mengatakan, deskripsi hibah Fulbright telah diubah dengan menghapus atau mengubah sejumlah kata seperti "perubahan iklim","masyarakat yang adil", "masyarakat yang inklusif", dan "perempuan dalam masyarakat".

Baca juga: USAID Ditutup Trump, Menkes Cari Negara Donor Lain

Hameri menambahkan, satu hibah untuk universitasnya telah ditarik sebagai akibat dari perubahan yang menurutnya juga diberlakukan di negara-negara lain yang terlibat dalam program Fulbright.

"Saya memahami bahwa tindakan ini disebabkan oleh perubahan prioritas dalam pemerintahan AS. Ini akan merugikan penelitian di beberapa bidang penting, terutama karena dalam banyak kasus para peneliti AS termasuk yang terbaik di bidangnya," ujar Hameri.

Di National Science Foundation (NSF), sebuah badan yang mendukung penelitian di bidang sains dan teknik, sejumlah tim menyisir proyek-proyek aktif untuk mencari kata-kata tertentu yang mungkin melanggar aturan terbaru.

The Guardian melaporkan, langkah penarikan hibah untuk kata tertentu telah menjungkirbalikkan karya ilmiah di seluruh badan federal AS, rumah sakit, dan universitas.

Baca juga: Trump Hentikan USAID, Proyek Terkait SDG di Indonesia Terdampak

Jennifer Jones dari Union of Concerned Scientists menyampaikan, langkah tersebut juga bakal semakin mengancam kesehatan dan keselamatan masyarakat yang rentan.

"Pemerintahan ini tidak punya rencana untuk memajukan sains, mereka punya rencana untuk menghilangkan hambatan bagi industri minyak dan gas. Mereka ingin kembali ke era di mana anak-anak terkena polio, sungai terbakar, dan kota-kota diselimuti polusi," ujar Jones.

Joanne Carney dari American Association for the Advancement of Science menyampaikan, serangan terhadap sains dapat menghalangi generasi baru ilmuwan muda untuk memasuki bidang penelitian mereka.

"Kita bisa melihat pengurangan di seluruh bidang penelitian ilmiah yang akan memperlambat kemampuan kita untuk memahami dunia alam dan menyusun kebijakan untuk melindungi masyarakat dan keamanan nasional," kata Carney.

Baca juga: Transisi Energi Dunia Jalan Terus di Tengah Berbagai Kebijakan Trump

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau