Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Panas Kebakaran Lahan di Indonesia Turun 53 Persen

Kompas.com - 24/02/2025, 11:31 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Lingkungan Hidup/BPLH mencatat, hotspot atau titik panas yang merupakan indikator kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia pada 2025 menurun 53,17 persen dibandingkan tahun 2024. Kendati demikian, risiko karhutla masih tetap tinggi.

Menteri Lingkungan Hidup/Kepala BPLH, Hanif Faisol Nurofiq, mengatakan potensi kebakaran lahan tertinggi anatara lain di Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Papua, Papua Selatan, dan Nusa Tenggara Timur.

“Kebakaran lahan tidak hanya mengancam lingkungan tetapi juga berkontribusi signifikan terhadap krisis iklim global," ujar Hanif dalam keterangannya, Senin (24/2/2025).

Baca juga: Apakah Perubahan Iklim Memperparah Kebakaran Hutan?

Hal ini disampaikan Hanif, dalam kegiatan Apel Siaga Pengendalian Kebakaran Lahan di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Serpong, Tangerang Selatan.

Dia lantas menyoroti pentingnya pengawasan menyeluruh di semua wilayah, terutana di kawasan dengan potensi kebakaran tinggi. Berdasarkan data Satelit Terra/Aqua (NASA) per 23 Februari 2025, ada 59 titik panas dan 32 kejadian kebakaran di berbagai wilayah Indonesia.

Karena itu, Hanif menegaskan perlunya deteksi dini serta pengawasan ketat di wilayah rawan kebakaran.

"Pengawasan harus dilakukan secara menyeluruh, terutama di wilayah dengan tingkat kerawanan tinggi. Setiap titik panas harus ditangani dengan cepat melalui patroli darat, udara, dan pemanfaatan teknologi terbaru," ujarnya.

Menurut Hanif, langkah yang harus diambil mencakup identifikasi wilayah rawan, peningkatan koordinasi lintas sektor, pengawasan berbasis teknologi, edukasi masyarakat, serta penegakan hukum terhadap pelaku pembakaran lahan.

Baca juga: Emisi CO2 Global dari Kebakaran Hutan meningkat 60 Persen Sejak 2001

KLH pun meminta pemerintah daerah, TNI, Polri, pelaku usaha, dan masyarakat, bekerja sama. Monitoring prakiraan cuaca secara berkala juga menjadi langkah penting dalam upaya mitigasi.

"Jangan biarkan kebakaran lahan menghambat masa depan Indonesia! Mari kita bersama-sama bergerak untuk mencegah dan mengendalikan kebakaran lahan dengan penuh tanggung jawab," kata Hanif.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau