KOMPAS.com - Peneliti sekaligus Manager Climate Policy Initiative (CPI) Indonesia Luthfyana Kartika Larasati menyatakan ia cukup optimistis bahwa Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) dapat turut mendorong investasi terkait transisi energi terbarukan.
“Ini kabar baik, karena kita mendengar Danantara mengelola aset yang banyak sekali, dan ada keinginan atau porsi untuk pendanaan transisi energi,” kata Luthfyana pada diskusi publik bertajuk “Peran Investasi ESG Bank Domestik dalam Pendanaan Transisi Energi” di Jakarta, Selasa (25/2/2025).
Presiden Prabowo Subianto pada Senin (24/1/2025) mengatakan, pendanaan awal Danantara diperkirakan mencapai Rp326,01 triliun atau 20 miliar dolar AS, yang akan difokuskan untuk membiayai 20 proyek strategis nasional (PSN) termasuk salah satunya transisi energi.
Lebih lanjut, Luthfyana menilai, kehadiran Danantara bisa membuka peluang kolaborasi antara perusahaan BUMN dan publik di skena pembiayaan transisi energi yang lebih bersih ini.
Menurut dia, pendanaan transisi energi selama ini cukup sering mengalami limitasi karena penyalur (pembiayaan) memiliki debt service coverage ratio (DSCR) yang harus dijaga.
“Dengan dana yang dikelola Danantara yang besar ini, artinya mereka punya leverage atau manfaat yang lebih tinggi. Mudah-mudahan ke depannya pembiayaan transisi energi bisa difasilitasi oleh Danantara,” ujar Luthfyana.
Namun, Luthfyana juga menekankan pentingnya pengawasan, termasuk oleh publik agar kredibilitas penyaluran pembiayaan ini bisa dipertanggungjawabkan.
“Jika Danantara subject to compliance untuk (mengaplikasikan) international standard mengenai reporting and disclosure itu lebih baik, karena di situlah kita bisa cek dan menilai kredibilitas mengenai pembiayaan transisi energi ini,” kata Luthfyana.
“Dari situ kita sebagai peneliti, hingga masyarakat publik bisa menilai, apakah aset yang besar itu bisa memfasilitasi lebih banyak lagi (untuk) transisi energi,” ujar dia menambahkan.
Sementara itu, Direktur Policy+ Raafi Seiff mengatakan, penting bagi masyarakat untuk terus mengawal pengelolaan Danantara agar proyek-proyek prioritas dengan nilai yang besar itu bisa berjalan dengan baik dan etis.
“Tugas kita sebagai masyarakat adalah mengawal Danantara. Saya memiliki harapan yang tinggi, dan semoga mereka (pemangku kepentingan juga) membawa banyak pakar untuk program ini,” kata Raafi.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya