Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Pertemuan Langka Dua Pari Manta, Panggilan Konservasi Laut Raja Ampat

Kompas.com, 3 Maret 2025, 12:23 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Edy Setyawan*

KOMPAS.com - Pagi itu, 14 Desember 2016, kami mengamati tiga individu pari manta sedang berada di area terumbu karang yang menjadi ‘stasiun pembersihan tubuh’ di perairan Misool, Raja Ampat, Papua Barat Daya.

Mereka berbeda spesies dan jenis kelamin: dua pari manta oseanik (Mobula birostris) jantan dan satu pari manta karang (Mobula alfredi) betina.

Betina manta karang memiliki lebar sekitar 3,6 meter (dari ujung ke ujung sirip/sayap), sementara kedua manta oseanik jantan terlihat sedikit lebih besar.

Kedua pejantan memiliki sepasang klasper—alat reproduksi untuk mentransfer sperma ke betina selama proses kawin—yang tampak sudah mengapur, menandakan bahwa mereka sudah dewasa secara seksual.

Di sini lah mereka terlibat dalam sebuah fenomena langka antarspesies yang belum pernah teramati dan terekam kamera sebelumnya.

Apa yang terjadi?

Seperti sedang di spa, manta karang betina tengah melayang rendah di atas terumbu karang, menikmati “layanan” pembersihan tubuh oleh ikan-ikan kecil di ‘stasiun pembersihan’.

Tiba-tiba, seekor manta oseanik jantan mendekatinya dari sisi kiri.

Menyadari kehadiran pejantan tersebut, si manta karang betina segera menghentikan aktivitasnya dan berusaha menghindar.

Namun, pejantan kedua yang berada tak jauh dari sana tampak “bersekongkol”. Ia bergerak menghalangi upaya si manta betina yang ingin “melarikan diri”, seolah menjaga agar si betina tetap dalam jangkauan pejantan pertama.

Perilaku “mengapit” yang diperlihatkan oleh manta jantan kedua ini berlangsung beberapa kali, sementara manta oseanik jantan pertama terus-menerus mengejar si manta karang betina.

Menggunakan lobus sefalik atau sirip kepala yang menyerupai “tangan” kecil, si jantan pertama berulang kali mencoba menyentuh manta betina, terutama di bagian sayap kiri.

Ketika si betina mulai melambat dan melayang di atas terumbu karang, si jantan pertama akhirnya berhasil menyentuh sayap kirinya. Di area tersebut, kami melihat bekas luka kawin berwarna putih cukup besar. Bekas ini menandakan bahwa si betina tersebut pernah kawin sebelumnya.

Sentuhan itu membuat si betina mempercepat gerakannya. Seakan ingin menghindar, ia berbelok tajam ke kiri sebelum kembali ke ‘stasiun pembersihan’.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
BBM E10 Persen Dinilai Aman untuk Mesin dan Lebih Ramah Lingkungan
BBM E10 Persen Dinilai Aman untuk Mesin dan Lebih Ramah Lingkungan
Pemerintah
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
LSM/Figur
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Pemerintah
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar 'Langkah Membumi Ecoground 2025'
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar "Langkah Membumi Ecoground 2025"
Swasta
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
BUMN
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
Pemerintah
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
LSM/Figur
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Pemerintah
TFFF Resmi Diluncurkan di COP30, Bisakah Lindungi Hutan Tropis Dunia?
TFFF Resmi Diluncurkan di COP30, Bisakah Lindungi Hutan Tropis Dunia?
Pemerintah
COP30: Target Iklim 1,5 Derajat C yang Tak Tercapai adalah Kegagalan Moral
COP30: Target Iklim 1,5 Derajat C yang Tak Tercapai adalah Kegagalan Moral
Pemerintah
Trend Asia Nilai PLTSa Bukan EBT, Bukan Opsi Tepat Transisi Energi
Trend Asia Nilai PLTSa Bukan EBT, Bukan Opsi Tepat Transisi Energi
LSM/Figur
4.000 Hektare Lahan di TN Kerinci Seblat Dirambah, Sebagiannya untuk Sawit
4.000 Hektare Lahan di TN Kerinci Seblat Dirambah, Sebagiannya untuk Sawit
Pemerintah
Muara Laboh Diperluas, Australia Suntik Rp 240 Miliar untuk Geothermal
Muara Laboh Diperluas, Australia Suntik Rp 240 Miliar untuk Geothermal
Pemerintah
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Swasta
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau