Namun, jantan pertama tidak menyerah begitu saja. Awalnya ia tampak perlahan menjauh, namun ternyata ia kembali mendekati manta betina dan mengulangi perilakunya hingga enam kali selama kurang lebih 45 menit.
Pengamatan kami sempat terhenti karena harus naik ke kapal untuk mengganti tabung SCUBA (Self-Contained Underwater Breathing Apparatus)—tangki penyimpanan udara untuk penyelam. Ketika kami turun kembali untuk melanjutkan pengamatan, kedua manta oseanik jantan ternyata sudah menjauh dari terumbu karang. Mereka meninggalkan manta karang betina sendirian di ‘stasiun pembersihan’.
Menariknya, sesaat setelah kedua manta jantan tersebut pergi, warna tubuh manta betina berubah drastis.
Selama interaksi dengan para jantan, tubuh si betina terlihat lebih pucat. Namun setelah ditinggalkan, kami melihat pola warna tubuhnya kembali ke warna normal (chevron) dengan kontras yang lebih jelas—tubuh bagian atas berwarna hitam (gelap) dengan pola putih (terang) di kepala, punggung, dan kedua ujung sayapnya.
Baca juga: Inggris Siapkan Dana Rp 359 Miliar untuk Konservasi Laut Indonesia
Kami berhasil mengamati dan merekam perilaku unik pari manta tersebut di Karang Bayangan yang juga dikenal sebagai Magic Mountain, sebuah gunung laut di perairan Misool, selatan Raja Ampat. Lokasi ini memiliki terumbu karang yang subur dan beberapa ‘stasiun pembersihan’ yang sering dikunjungi oleh kedua spesies pari manta tersebut.
Fenomena pertama di dunia
Fenomena ini dikenal dengan courtship atau perilaku “pacaran” yang acap dilakukan pari manta sebelum kawin (prakawin).
Namun, perilaku prakawin antarspesies di Karang Bayangan ini berbeda dengan ritual prakawin manta karang yang biasanya terjadi. Perkawinan biasanya melibatkan betina yang berukuran lebih besar dan jantan yang berukuran lebih kecil, tapi yang kami lihat justru sebaliknya.
Fenomena ini pertama kali terlihat di Indonesia, bahkan di dunia. Penemuan langka ini telah kami publikasikan di jurnal Diversity pada Mei 2024.
Di Raja Ampat, pengukuran manta dengan drone menunjukkan bahwa ukuran manta karang betina dewasa berkisar antara 324 hingga 372 cm. Sementara, jantan dewasa antara 275 hingga 316 cm.
Meski perilaku di Karang Bayangan ini mirip ritual prakawin, kami menganggap tingkah mereka lebih seperti gangguan dari dua manta oseanik jantan terhadap seekor manta karang betina.
Biasanya, ritual prakawin manta karang diawali dengan beberapa pejantan mengikuti seekor manta betina selama beberapa hari. Proses ini seperti kompetisi alamiah untuk “memenangkan hati” si betina.
Seiring waktu, satu per satu manta jantan biasanya bakal menyerah. Hanya pejantan yang bertahan dan terkuat yang akhirnya berhasil mengawini manta betina.
Pengamatan kami juga sekaligus menjadi dokumentasi pertama soal perubahan warna tubuh manta karang betina di habitat aslinya. Kami menduga perubahan ini merupakan respons terhadap gangguan kedua pejantan, karena warna tubuh betina kembali normal setelah para pejantan pergi.
Perubahan warna seperti ini sebelumnya hanya terlihat pada individu manta yang hidup dalam penangkaran.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya