Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Termasuk Negara Paling Optimis Hadapi Perubahan Iklim

Kompas.com, 16 Maret 2025, 10:16 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Indonesia termasuk 12 negara paling optimis menghadapi perubahan iklim. Negara lain yang termasuk antara lain Nigeria, kenya, India, dan Amerika Serikat.

Hal itu terungkap dari riset pada 30.000 responden lewat survei online yang dilakukan tim peneliti dari Aarhus University di Denmark dan International Institute for Applied Systems Analysis (IIASA) di Austria di 30 negara antara Agustus hingga Desember 2022.

Dalam analisisnya, para peneliti memetakan lima emosi utama terkait iklim — ketakutan, harapan, kemarahan, kesedihan, dan kekhawatiran — di berbagai negara. 

Hasil riset yang dipublikasikan di jurnal Risk Analysis menunjukkan perbedaan signifikan antar wilayah. 

Beberapa temuan utama dari studi ini meliputi:

  1. Dari 12 negara yang paling optimis terhadap perubahan iklim, 11 di antaranya adalah negara berkembang dan ekonomi baru di Global South, termasuk Nigeria, Kenya, India, dan Indonesia. Satu-satunya negara Global North dalam kelompok ini adalah Amerika Serikat.
  2. Sebaliknya, negara-negara Eropa seperti Jerman, Austria, dan Swedia menempati peringkat terendah dalam hal optimisme, meskipun warganya mengalami lebih sedikit bencana alam dan memperkirakan dampak perubahan iklim yang lebih rendah dibandingkan negara-negara Global South.
  3. Emosi marah dan sedih paling dominan di negara-negara Eropa Selatan, seperti Spanyol, Italia, dan Yunani.
  4. Brasil menempati posisi teratas dalam hal ketakutan dan kekhawatiran terhadap perubahan iklim.

Salah satu tujuan utama studi ini adalah meneliti hubungan antara emosi iklim dengan dukungan terhadap teknologi intervensi iklim, termasuk modifikasi radiasi matahari (solar radiation modification / SRM) dan penghilangan karbon dioksida (carbon dioxide removal / CDR). 

Baca juga: Perubahan Iklim Berpeluang Jadi Cuan untuk PLN, Kok Bisa?

“Selain mitigasi dan adaptasi, intervensi iklim semakin banyak dibahas karena meningkatnya bukti bencana terkait iklim dan lambatnya pengurangan emisi,” kata Chad M. Baum, penulis utama sekaligus Asisten Profesor di Departemen Pengembangan Bisnis dan Teknologi, Aarhus University, Denmark.

Baum dan timnya meneliti hubungan statistik antara lima emosi iklim dan dukungan terhadap 10 teknologi intervensi iklim, termasuk afforestation, penangkapan karbon langsung dari udara (direct air capture), dan injeksi aerosol stratosfer.

Hasilnya menunjukkan bahwa harapan — yang paling kuat diekspresikan oleh responden dari negara-negara Global South — merupakan faktor utama yang mendorong dukungan terhadap intervensi iklim, terutama pendekatan SRM dan teknologi CDR inovatif seperti direct air capture. Ketakutan juga berhubungan positif dengan dukungan terhadap teknologi ini, meskipun dampaknya lebih kecil dibandingkan harapan atau kekhawatiran.

“Bersama dengan harapan dan kekhawatiran, studi ini menunjukkan bahwa ketakutan — serta keinginan untuk perlindungan — berhubungan positif dengan dukungan terhadap bentuk intervensi iklim yang lebih kontroversial,” jelas Baum seperti disebarkan lewat Eurekalert, Jumat (15/3/2025).

Ia menambahkan, “Hasil kami mengilustrasikan perbedaan emosi iklim di tingkat global serta, yang lebih penting, konsekuensi dari mengabaikan perspektif beragam negara Global South dalam menghadapi perubahan iklim dan solusi yang diusulkan.”

Baca juga: Ekonomi Pisang Capai 11 Miliar dollar AS Per Tahun, Perubahan Iklim Mengancamnya

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Refleksi Filsafat Ekologis, Tempat Keramat dan Etika Lingkungan
Refleksi Filsafat Ekologis, Tempat Keramat dan Etika Lingkungan
Pemerintah
RI Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Jika Andalkan Sektor Pertanian
RI Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Jika Andalkan Sektor Pertanian
LSM/Figur
DAMRI Jalankan 286 Bus Listrik, Potensi Kurangi 72.000 Ton Emisi per Tahun
DAMRI Jalankan 286 Bus Listrik, Potensi Kurangi 72.000 Ton Emisi per Tahun
BUMN
Miangas hingga Wamena, FiberStar Genjot Akselerasi Digital di Wilayah 3T
Miangas hingga Wamena, FiberStar Genjot Akselerasi Digital di Wilayah 3T
Swasta
Pelaku Bisnis Luncurkan Program Sertifikasi Produksi Kaca Rendah Karbon
Pelaku Bisnis Luncurkan Program Sertifikasi Produksi Kaca Rendah Karbon
Pemerintah
Perubahan Iklim Diprediksi Tekan Pendapatan Dunia hingga 17 Persen
Perubahan Iklim Diprediksi Tekan Pendapatan Dunia hingga 17 Persen
LSM/Figur
ISSB Usulkan Pelaporan Emisi Metana Scope 1 untuk Perusahaan Energi
ISSB Usulkan Pelaporan Emisi Metana Scope 1 untuk Perusahaan Energi
LSM/Figur
Konflik Agraria di Balik Banjir Sumatera, Mayoritas Disebut Dipicu Perkebunan Sawit
Konflik Agraria di Balik Banjir Sumatera, Mayoritas Disebut Dipicu Perkebunan Sawit
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau