Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Pisang Capai 11 Miliar dollar AS Per Tahun, Perubahan Iklim Mengancamnya

Kompas.com - 07/03/2025, 17:10 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Penelitian baru University of Exeter di Inggris menemukan bahwa masa depan industri ekspor pisang terancam perubahan iklim.

Menurut studi yang diterbitkan di Nature Food itu, pada tahun 2080, akan banyak wilayah penghasil pisang seperti Amerika Latin dan Karibia yang tidak dapat terus menanam pisang karena meningkatnya suhu yang disebabkan oleh perubahan iklim.

Padahal, mengutip Phys, Jumat (7/3/2025), pisang merupakan tanaman ekspor utama yang bernilai 11 miliar dollar AS setiap tahunnya dan sangat penting bagi perekonomian banyak negara.

Namun, hanya dalam waktu setengah abad, 60 persen wilayah yang saat ini memproduksi pisang akan kesulitan menanam buah tersebut kecuali ada intervensi mendesak untuk mengatasi perubahan iklim.

Baca juga: Perubahan Iklim Picu Kematian Pohon di Perkotaan, Kita Terancam Makin Kegerahan

Penelitian juga menemukan faktor sosial ekonomi seperti ketersediaan tenaga kerja dan infrastruktur secara signifikan menghambat adaptasi perubahan iklim.

Sebagian besar produksi pisang terdapat di dekat wilayah dan pelabuhan yang padat penduduk, sehingga membatasi potensi relokasi ke wilayah yang lebih sesuai.

"Temuan kami adalah pengingat yang jelas bahwa perubahan iklim bukan hanya masalah lingkungan tetapi juga ancaman langsung terhadap keamanan pangan dan mata pencaharian global," kata Profesor Dan Bebber dari University of Exeter yang memimpin penelitian ini.

"Tanpa investasi substansial dalam adaptasi, termasuk irigasi dan varietas pisang yang tahan panas, masa depan produksi pisang ekspor tampak tidak pasti," paparnya lagi.

Mengingat pentingnya pisang ini bagi dunia - tidak hanya bagi konsumen tetapi juga bagi jutaan pekerja di negara-negara produsen, perlu untuk melindungi industri ini dari ancaman perubahan iklim dan penyakit yang muncul.

Temuan studi ini didapat setelah peneliti mengembangkan metode baru menggunakan citra satelit untuk memetakan produksi pisang di Amerika Latin dan Karibia pada resolusi sangat tinggi, lalu memperkirakan iklim yang paling cocok untuk menanam pisang.

Baca juga: Harga Kopi Capai Titik Termahal dalam 50 Tahun, Sayangnya Perubahan Iklim Sebabnya

Temuan mereka menunjukkan, perubahan iklim akan mengurangi area terbaik untuk pertumbuhan dan hasil pisang di banyak negara produsen utama.

Tak hanya itu perubahan iklim juga meningkatkan paparan pekerja terhadap suhu ekstrem.

Negara-negara seperti Kolombia dan Kosta Rika akan menjadi yang paling terdampak negatif karena diperkirakan akan menjadi terlalu panas untuk penanaman yang optimal.

Sementara Ekuador dan sebagian Brasil termasuk di antara sedikit area yang tetap menjadi produsen penting, karena perubahan iklim diproyeksikan tidak terlalu parah di sana.

Peneliti pun mengusulkan beberapa strategi adaptasi, termasuk memperluas infrastruktur irigasi, membudidayakan varietas pisang yang tahan panas dan kekeringan, serta mendukung produsen pisang untuk mengelola risiko iklim.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Biaya Penghapusan Karbon Diprediksi Habiskan 6 Triliun Dolar AS Tiap Tahun
Biaya Penghapusan Karbon Diprediksi Habiskan 6 Triliun Dolar AS Tiap Tahun
Pemerintah
Tradisi Masyarakat Adat Ciptagelar yang Hormati Hutan dan Beradaptasi dengan Krisis Iklim
Tradisi Masyarakat Adat Ciptagelar yang Hormati Hutan dan Beradaptasi dengan Krisis Iklim
LSM/Figur
GCCA Perluas Keanggotaan Demi Dorong Dekarbonisasi Global Industri Semen dan Beton
GCCA Perluas Keanggotaan Demi Dorong Dekarbonisasi Global Industri Semen dan Beton
Pemerintah
AmarthaFin, Keuangan Digital untuk UMKM di Pelosok Raih Lestari Awards
AmarthaFin, Keuangan Digital untuk UMKM di Pelosok Raih Lestari Awards
Swasta
Badan Geologi: Bogor Dilalui Patahan Aktif, Warga Diminta Waspada Gempa
Badan Geologi: Bogor Dilalui Patahan Aktif, Warga Diminta Waspada Gempa
Pemerintah
UE Cetak Sejarah, Energi Surya Kini Sumber Listrik Utama
UE Cetak Sejarah, Energi Surya Kini Sumber Listrik Utama
Pemerintah
Komitmen Inklusif, Godrej Indonesia Sabet Penghargaan di Lestari Awards 2025
Komitmen Inklusif, Godrej Indonesia Sabet Penghargaan di Lestari Awards 2025
Swasta
Tanah Ulayat dan Masyarakat Adat yang Terpinggirkan
Tanah Ulayat dan Masyarakat Adat yang Terpinggirkan
Pemerintah
PLN Bangun PLTS Terapung di Waduk Saguling, 24.000 Rumah Tangga Bakal Terlistriki
PLN Bangun PLTS Terapung di Waduk Saguling, 24.000 Rumah Tangga Bakal Terlistriki
BUMN
Kisah Penyandang Disabilitas yang Sukses Berternak Ayam Petelur di Tengah Hutan Kalimantan
Kisah Penyandang Disabilitas yang Sukses Berternak Ayam Petelur di Tengah Hutan Kalimantan
Swasta
Surabaya hingga Jakarta Paparkan Strategi Kota Berkelanjutan di Lestari Summit 2025
Surabaya hingga Jakarta Paparkan Strategi Kota Berkelanjutan di Lestari Summit 2025
Pemerintah
Investasi Berkelanjutan, Danantara Dorong Konversi Sampah Jadi Energi
Investasi Berkelanjutan, Danantara Dorong Konversi Sampah Jadi Energi
Pemerintah
Nilai Ekonomi Mangrove dan Terumbu Karang Gili Matra Lombok Capai Rp 50 M Per Tahun
Nilai Ekonomi Mangrove dan Terumbu Karang Gili Matra Lombok Capai Rp 50 M Per Tahun
Pemerintah
Merawat Ekosistem Pesisir Malili lewat Transplantasi Karang dan Restorasi Mangrove
Merawat Ekosistem Pesisir Malili lewat Transplantasi Karang dan Restorasi Mangrove
Swasta
Indonesia di Tengah Krisis Iklim: Mitra Strategis Dunia dan Pemasok Produk Hijau
Indonesia di Tengah Krisis Iklim: Mitra Strategis Dunia dan Pemasok Produk Hijau
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau