KOMPAS.com - Laju kenaikan permukaan air laut meningkat dua kali lipat sejak dilakukan pemantauan satelit pada 1993.
Temuan tersebut disampaikan Organisasi Meteorologi Dunia atau World Meteorological Organization (WMO) dalam laporan terbarunya, State of the Global Climate 2024.
Dalam laporan tersebut, WMO mengungkapkan laju kenaikan permukaan air laut pada periode 2015-2024 naik dua kali lipat dibandingkan 1993-2002.
Baca juga: Muka Air Laut Bumi Naik Lebih Tinggi daripada Prediksi
Para periode 1993-2002, laju peningkatan permukaan air laut adalah 2,1 milimeter (mm) per tahun.
Sedangkan pada periode 2015-2024, laju kenaikan permukaan air lautnya menjadi 4,7 mm per tahun.
Sekretaris Jenderal WMO Celeste Saulo menuturkan, kenaikan permukaan air laut telah menimbulkan dampak buruk terhadap ekosistem dan infrastruktur pesisir.
Dampak lanjutan dari peningkatan permukaan air laut mulai dari banjir rob dan kontaminasi air laut terhadap air tanah.
"Data tahun 2024 menunjukkan bahwa lautan kita terus menghangat, dan permukaan air laut terus naik," kata Saulo dikutip dari siaran pers, Rabu (19/3/2025).
Baca juga: Permukaan Air Laut Naik 2 Cm Hanya dari Pencairan Gletser
Dia menambahkan, meningkatnya laju permukaan air laut tersebut tak lepas dari mencairnya bagian permukaan Bumi yang beku alias kriosfer.
"Gletser terus menyusut, dan es laut Antartika mencapai tingkat terendah kedua yang pernah tercatat. Sementara itu, cuaca ekstrem terus menimbulkan konsekuensi yang menghancurkan di seluruh dunia," ujar Saulo.
Diberitakan sebelumnya, berdasarkan studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature baru-baru ini mengungkapkan, permukaan laut naik hampir 2 sentimeter (cm) pada abad ini karena mencairnya gletser saja.
Dalam penelitian berjudul Community estimate of global glacier mass changes from 2000 to 2023 tersebut, didapatkan fakta bahwa 6,542 triliun ton es dari gletser-gletser di seluruh dunia telah mencair antara tahun 2000 hingga 2023.
Kondisi tersebut menyebabkan kenaikan permukaan laut global sebesar 18 milimeter (mm), sebagaimana dilansir The Guardian, Rabu (19/2/2025).
Baca juga: Kenaikan Permukaan Air Laut Banjiri Pelabuhan Minyak Utama Dunia
Gletser dunia kehilangan rata-rata 273 miliar ton es setiap tahunnya, setara dengan konsumsi air selama 30 tahun oleh seluruh populasi global.
Selama seabad ini, penelitian tersebut mengungkapkan gletser yang mencair sudah sebanyak 5 persen dari total volumenya.
Di masing-masing wilayah yang memiliki gletser, laju pencairannya sangat bervariasi.
Contohnya pulau-pulau di Antarktika dan subantartika kehilangan 2 persen dari volumenya. Sementara itu, gletser di Eropa tengah sudah kehilangan 39 persen.
Baca juga: Permukaan Air Laut di Asia Diperkirakan Naik Lebih Cepat
Salah satu penulis utama studi tersebut, Profesor Noel Gourmelen dari Universitas Edinburgh, menyampaikan temuan tersebut sangat mengejutkan.
"(Angka-angka pencairan gletser) itu sebagai pengingat bahwa keadaan berubah dengan cepat di beberapa wilayah," kata Gourmelen.
Dia menambahkan, pencairan gletser memiliki dampak nyata.
"Gletser merupakan biometer untuk perubahan iklim, jadi temuan ini merupakan ukuran dampak perubahan iklim selama 20 tahun terakhir," ucap Gourmelen.
Baca juga: Kenaikan Air Laut Ancaman Nyata Kelangsungan Hidup
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya