Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Permukaan Air Laut di Asia Diperkirakan Naik Lebih Cepat

Kompas.com - 27/09/2024, 14:52 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Ilmuwan iklim menyebut permukaan air laut di Asia naik lebih cepat daripada rata-rata global.

Mereka pun memperingatkan perlu dilakukan tindakan segera untuk mengatasi permasalahan tersebut demi melindungi masyarakat di Asia Pasifik.

Mengutip Phys, Kamis (27/9/2024) naiknya permukaan laut itu disebabkan oleh emisi gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar fosil yang memerangkap panas.

Baca juga: Vietnam Rugi Panen hingga Rp 44,3 Triliun akibat Naiknya Permukaan Air Laut

Hal tersebut menyebabkan gletser dan lapisan es mencair dan molekul air mengembang dan menimbulkan ancaman serius bagi masyarakat pesisir di wilayah itu.

Kenaikan Permukaan Laut

Menurut analisis Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) suhu permukaan laut di Pasifik barat daya telah naik tiga kali lebih cepat daripada rata-rata global sejak 1980.

Laporan itu juga mengungkapkan di sebagian besar Pasifik tropis bagian barat, permukaan laut telah naik sekitar 10-15 sentimeter atau hampir dua kali lipat dari laju global yang diukur sejak 1993.

Sementara di Pasifik tropis bagian tengah, permukaan laut telah naik sekitar 5-10 sentimeter.

Baca juga: Pangkas Emisi Metana Jadi Kunci Kurangi Dampak Perubahan Iklim dan Kerusakan Ozon

Selama periode tersebut, gelombang panas laut meningkat sekitar dua kali lipat frekuensinya, berlangsung lebih lama dan menjadi lebih intens.

"Pemanasan laut telah menyebabkan peristiwa cuaca yang lebih sering dan lebih intens seperti siklon tropis, banjir, dan kekeringan, yang menimbulkan risiko besar bagi kota-kota pesisir," jelas Roxy Mathew Koll, ilmuwan iklim di Institut Meteorologi Tropis India.

"Kita tidak bisa lagi menyebut konsekuensi dari peristiwa ini sebagai bencana alam karena sebagian besar merupakan hasil intervensi manusia di berbagai tingkatan, dari global hingga nasional dan lokal. Jadi kita memiliki tanggung jawab kolektif di sini," katanya.

Menurutnya lagi, lebih dari 90 persen pemanasan global diserap oleh laut dengan sekitar seperempatnya masuk ke Samudra Hindia.

"Samudra Hindia, yang sudah menjadi samudra besar terhangat, memanas lebih cepat daripada Samudra Pasifik dan Atlantik. Ini karena cekungan Samudra Hindia bagian utara terkurung daratan oleh anak benua Asia Selatan," jelas Koll.

Ada pula faktor lokal dan pedalaman yang turut menyebabkan kenaikan muka air laut.

Faktor itu termasuk penurunan tanah, polusi, sungai yang bermuara ke laut yang membawa limbah dan pembangkit listrik tenaga nuklir juga berkontribusi terhadap kenaikan muka air laut.

Baca juga: Wilayah Paling Rentan Perubahan Iklim di Jakarta Ditinggali Masyarakat Miskin

Terdampak Perubahan Iklim

Bank Dunia memperkirakan bahwa pada tahun 2050, sekitar 49 juta orang di Pasifik dan Asia Timur akan terpaksa meninggalkan rumah mereka karena perubahan iklim.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Sejuta Pohon Akan Ditanam di Lahan Kritis Wilayah Bangka Belitung

Sejuta Pohon Akan Ditanam di Lahan Kritis Wilayah Bangka Belitung

Pemerintah
PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia Tanam 100 Pohon Trembesi di Waduk Brigif

PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia Tanam 100 Pohon Trembesi di Waduk Brigif

Swasta
WMO:  Layanan Iklim Penting bagi Keberlanjutan Global

WMO: Layanan Iklim Penting bagi Keberlanjutan Global

Pemerintah
Tantangan Produksi Baterai untuk Meningkatkan Energi Terbarukan

Tantangan Produksi Baterai untuk Meningkatkan Energi Terbarukan

Pemerintah
IAASB Rilis Standar  Jaminan Pelaporan Keberlanjutan Internasional Baru

IAASB Rilis Standar Jaminan Pelaporan Keberlanjutan Internasional Baru

Pemerintah
Kebun Gizi Penuhi Kebutuhan Pangan Bernutrisi untuk Cegah Stunting di Morowali Utara

Kebun Gizi Penuhi Kebutuhan Pangan Bernutrisi untuk Cegah Stunting di Morowali Utara

Swasta
Wings Group Dukung Program 'Toilet Sekolah Ramah Lingkungan' Pemkab Subang

Wings Group Dukung Program "Toilet Sekolah Ramah Lingkungan" Pemkab Subang

Swasta
Dukung Target NDC Butuh Realisasi Kota Rendah Karbon

Dukung Target NDC Butuh Realisasi Kota Rendah Karbon

LSM/Figur
Bukan Sekadar Kembangkan Energi Terbarukan, Transisi Juga Perlu Pensiunkan PLTU

Bukan Sekadar Kembangkan Energi Terbarukan, Transisi Juga Perlu Pensiunkan PLTU

LSM/Figur
Pusaka Digital Tingkatkan Kompetensi Mahasiswa di Bidang Keamanan Digital

Pusaka Digital Tingkatkan Kompetensi Mahasiswa di Bidang Keamanan Digital

Swasta
Indonesia Telah Lampaui Kouta Target Deforestasi

Indonesia Telah Lampaui Kouta Target Deforestasi

LSM/Figur
Melalui SDG Academy Indonesia, Tanoto Foundation Tingkatkan Kompetensi Pemda

Melalui SDG Academy Indonesia, Tanoto Foundation Tingkatkan Kompetensi Pemda

Pemerintah
Menjelajahi Gili Trawangan, Wisata Ramah Lingkungan Tanpa Kendaraan Bermotor

Menjelajahi Gili Trawangan, Wisata Ramah Lingkungan Tanpa Kendaraan Bermotor

Pemerintah
Hari Keempat COP29, Berikut Daftar Kesepakatan Pendanaan yang Terjalin

Hari Keempat COP29, Berikut Daftar Kesepakatan Pendanaan yang Terjalin

Pemerintah
Pemerintah Siapkan Peta Jalan Reforestasi 12 Juta Hektare Hutan Rusak

Pemerintah Siapkan Peta Jalan Reforestasi 12 Juta Hektare Hutan Rusak

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau