KOMPAS.com - Ilmuwan iklim menyebut permukaan air laut di Asia naik lebih cepat daripada rata-rata global.
Mereka pun memperingatkan perlu dilakukan tindakan segera untuk mengatasi permasalahan tersebut demi melindungi masyarakat di Asia Pasifik.
Mengutip Phys, Kamis (27/9/2024) naiknya permukaan laut itu disebabkan oleh emisi gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar fosil yang memerangkap panas.
Baca juga: Vietnam Rugi Panen hingga Rp 44,3 Triliun akibat Naiknya Permukaan Air Laut
Hal tersebut menyebabkan gletser dan lapisan es mencair dan molekul air mengembang dan menimbulkan ancaman serius bagi masyarakat pesisir di wilayah itu.
Menurut analisis Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) suhu permukaan laut di Pasifik barat daya telah naik tiga kali lebih cepat daripada rata-rata global sejak 1980.
Laporan itu juga mengungkapkan di sebagian besar Pasifik tropis bagian barat, permukaan laut telah naik sekitar 10-15 sentimeter atau hampir dua kali lipat dari laju global yang diukur sejak 1993.
Sementara di Pasifik tropis bagian tengah, permukaan laut telah naik sekitar 5-10 sentimeter.
Baca juga: Pangkas Emisi Metana Jadi Kunci Kurangi Dampak Perubahan Iklim dan Kerusakan Ozon
Selama periode tersebut, gelombang panas laut meningkat sekitar dua kali lipat frekuensinya, berlangsung lebih lama dan menjadi lebih intens.
"Pemanasan laut telah menyebabkan peristiwa cuaca yang lebih sering dan lebih intens seperti siklon tropis, banjir, dan kekeringan, yang menimbulkan risiko besar bagi kota-kota pesisir," jelas Roxy Mathew Koll, ilmuwan iklim di Institut Meteorologi Tropis India.
"Kita tidak bisa lagi menyebut konsekuensi dari peristiwa ini sebagai bencana alam karena sebagian besar merupakan hasil intervensi manusia di berbagai tingkatan, dari global hingga nasional dan lokal. Jadi kita memiliki tanggung jawab kolektif di sini," katanya.
Menurutnya lagi, lebih dari 90 persen pemanasan global diserap oleh laut dengan sekitar seperempatnya masuk ke Samudra Hindia.
"Samudra Hindia, yang sudah menjadi samudra besar terhangat, memanas lebih cepat daripada Samudra Pasifik dan Atlantik. Ini karena cekungan Samudra Hindia bagian utara terkurung daratan oleh anak benua Asia Selatan," jelas Koll.
Ada pula faktor lokal dan pedalaman yang turut menyebabkan kenaikan muka air laut.
Faktor itu termasuk penurunan tanah, polusi, sungai yang bermuara ke laut yang membawa limbah dan pembangkit listrik tenaga nuklir juga berkontribusi terhadap kenaikan muka air laut.
Baca juga: Wilayah Paling Rentan Perubahan Iklim di Jakarta Ditinggali Masyarakat Miskin
Bank Dunia memperkirakan bahwa pada tahun 2050, sekitar 49 juta orang di Pasifik dan Asia Timur akan terpaksa meninggalkan rumah mereka karena perubahan iklim.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya