KOMPAS.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton mengurangi emisi dengan beberapa alternatif.
Contohnya seperti campuran bahan bakar atau co-firing biomassa, penerapan penangkap dan penyimpan karbon atau carbon capture and storage (CCS), dan mengganti batu bara dengan amonia hijau.
Hal tersebut disampaikan Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Wanhar di Probolinggo, Jawa Timur, Minggu (13/4/2025).
Baca juga: Pertumbuhan PLTU Batu Bara Dunia Turun, Bagaimana Indonesia?
Wanhar menuturkan dorongan tersebut saat Kunjungan Kerja Reses Komisi XII Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) ke PLTU Paiton.
Dia menyampaikan, melalui Kebijakan Energi Nasional (KEN) dan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN), PLTU Paiton telah melakukan sejumlah studi.
"Di antaranya dengan upaya biomassa dengan tujuan akhir 10 persen. Bahkan Paiton berkeinginan sampai 100 persen," kata Wanhar dikutip dari situs web Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan.
Dalam RUKN, terdapat dua opsi penerapan teknologi energi bersih pada pembangkit listrik berbasis batu bara.
Baca juga: Berkapasitas 1.320 MW, PLTU Tanjung Lalang akan Pasok Listrik di Sumatera
"Bisa dengan co-firing biomassa 10 plus plus ditambah dengan CCS atau bila mampu 100 persen. Bahkan di RUKN juga diberi kesempatan bisa diganti dengan green amonia," ungkap Wanhar.
PLTU Paiton sendiri telah menerapkan co-firing biomassa sejak 2020 dan berpartisipasi dalam perdagangan karbon.
Wakil Ketua Komisi XII DPR RI Sugeng Suparwoto mengapresiasi pengelola PLTU Paiton yang telah mendukung transisi energi.
Ia menyampaikan, kunjungan kerja ini dilakukan karena Paiton merupakan contoh PLTU batu bara yang telah memenuhi kaidah lingkungan dimana dituntut untuk menurunkan emisinya.
Baca juga: Finlandia Tutup PLTU Batu Bara Terakhirnya
"Kami mengapresiasi berbagai terobosan melalui berbagai inisiatif seperti Green Hydogren Plant dan co-firing biomassa di PLTU Paiton," ungkapnya.
Menurut Sugeng, PLTU Paiton memiliki peranan penting bagi Indonesia semua dalam konteks energi.
Ditambah PLTU Suralaya, Paiton menjaga keseimbangan sistem khususnya di Jawa-Madura-Bali (Jamali) karena berkontribusi terhadap 50 persen pasokan listrik.
Direktur Perlindungan dan Pengelolaan Mutu Udara Kementerian Lingkungan Hidup Edward Nixon Pakpahan mengungkapkan, PLTU Paiton telah mendapatkan predikat PROPER Emas selama periode 2019–2023.
"Kami mengapresiasi capaian PLTU Paiton dan berharap terus melakukan perbaikan. Kami dari Kementerian Lingkungan Hidup ingin menjadi mitra pendukung, bukan penghambat, dalam menjadikan PLTU Paiton lebih baik lagi," jelasnya.
Baca juga: Cirebon Power Siap Ikuti Tahapan Pensiun Dini PLTU Unit 1
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya