Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/04/2025, 13:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Setiap tahunnya, masyarakat di seluruh dunia memperingati Hari Bumi yang jatuh setiap 22 April. Tahun ini, perayaan Hari Bumi jatuh pada Selasa (22/4/2025).

Setiap perayaan Hari Bumi, jutaan orang di seluruh dunia mengampanyekan perlindungan planet ini dari hal-hal buruk seperti polusi dan deforestasi.

Perayaan Hari Bumi telah berusia 55 tahun sejak dimulai pada 1970. 

Saat ini, perayaan Hari Bumi sudah menjangkau 192 negara di seluruh dunia dan lebih dari 1 miliar orang bergabung dalam aksi.

Ternyata, ada sejumlah fakta menarik di balik perayaan Hari Bumi ini. Dilansir dari TIME, berikut lima fakta menarik di balik Hari Bumi.

Baca juga: Makna Tema Hari Bumi 2025: Energi Kita, Planet Kita

Hari Bumi diciptakan oleh seorang politikus AS

Tak bisa dimungkiri bahwa Hari Bumi yang selalu diperingati tiap tahun di seluruh dunia diciptakan oleh seorang politikus dari Partai Demokrat Amerika Serikat (AS), Gaylord Nelson.

Nelson yang kala itu menjadi senator dari Wisconsin khawatir dengan keadaan lingkungan AS pada tahun 1960-an. 

Setelah tumpahan minyak besar-besaran di Santa Barbara, California, pada Januari 1969, ia memiliki ide untuk meluncurkan edukasi lingkungan berskala nasional di kampus-kampus.

Dia terinspirasi dari gerakan antiperang Perang Vietnam yang terjadi di kampus-kampus di seluruh AS.

Nelson lantas merekrut Denis Hayes, seorang aktivis muda, untuk membantu menyampaikan ide tersebut kepada publik dan terjadilah Hari Bumi pertama pada 22 April 1970.

Untuk mengetahui sejarah Hari Bumi lebih lengkap, baca ulasannya di Kompas.com melaui tautan ini.

Baca juga: 6 Kegiatan Sederhana dari Rumah untuk Ikut Rayakan Hari Bumi

Hari Bumi pada 22 April karena jadwal kuliah

Fakta menarik lainnya dari Hari Bumi adalah pemilihan 22 April sebagai hari perayaannya tak lepas dari pertimbagna jadwal kuliah para mahasiswa di AS kala itu.

22 April merupakan hari kerja yang jatuh antara Liburan Musim Semi dan Ujian Akhir sehingga dapat memaksimalkan partisipasi mahasiswa yang besar.

Cuaca di AS pada periode itu juga cukup sejuk sehingga memungkinkan lebih banyak orang mau berada di luar ruangan.

AS bentuk Badan Perlindungan Lingkungan Hidup setelah Hari Bumi pertama

Badan Perlindungan Lingkungan Hidup atau EPA dibentuk pada tanggal 2 Desember 1970 sebagai tanggapan langsung terhadap Hari Bumi pertama. 

EPA bertugas untuk mengatur mekanisme dalam melindungi lingkungan hidup di "Negeri Paman Sam".

Kongres AS membentuk badan tersebut setelah menyaksikan partisipasi massa yang besar dalam Hari Bumi pertama di seluruh penjuru negeri.

Baca juga: Peringati Hari Bumi, Kemenag Berencana Tanam 1 Juta Pohon

Hari Bumi mendunia pada 1990

Jutaan orang berpartisipasi dalam gerakan Hari Bumi pertama. Aksi massa yang besar tersebut berujung pada perhatian yang lebih serius terhadap lingkungan hidup di AS.

Berbagai kebijakan berwawasan lingkungan disahkan pemerintah AS sejak saat itu. Paradigma lingkungan juga selalu diperhatikan dalam penyusunan kebijakan maupun program.

Namun dampaknya tidak hanya mencakup satu negara. Gerakan ini mendunia pada 1990, setelah kelompok lingkungan lainnya mendekati Hayes untuk menyelenggarakan kampanye besar lainnya bagi planet ini.

Hari Bumi lantas menjadi gerakan global pada 1990-an, hingga memobilisasi 200 juta orang di 141 negara.

Pada 2000an, gerakan ini mengalihkan fokusnya ke kampanye melawan pemanasan global. Pada 2020, lebih dari 1 miliar orang di seluruh dunia berpartisipasi dalam aksi Hari Bumi.

Puluhan juta pohon telah ditanam karena Hari Bumi

Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, sekitar 18 juta hektar hutan hilang setiap tahun akibat penggundulan hutan. 

Untuk mengatasi hal ini, earthday.org sebagai website resmi Hari Bumi mendirikan Canopy Project pada tahun 2010.

Earthday.org menyatakan bahwa sejak saat itu telah menanam puluhan juta pohon di seluruh dunia.

Baca juga: Hari Bumi Sedunia: Sejarah, Urgensi, dan Temanya

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Unhans dan University of Hawai’i Bahas Kemiri Jadi Bahan Bakar Pesawat

Unhans dan University of Hawai’i Bahas Kemiri Jadi Bahan Bakar Pesawat

LSM/Figur
Perayaan Paskah di Inggris Hasilkan 8.000 Ton Sampah Kemasan Telur Cokelat

Perayaan Paskah di Inggris Hasilkan 8.000 Ton Sampah Kemasan Telur Cokelat

Pemerintah
MIND ID Siapkan 4 Proyek Prioritas yang Bisa Didanai Danantara

MIND ID Siapkan 4 Proyek Prioritas yang Bisa Didanai Danantara

BUMN
Nestle Manfaatkan Limbah Sekam Padi untuk Bahan Bakar di 3 Pabrik

Nestle Manfaatkan Limbah Sekam Padi untuk Bahan Bakar di 3 Pabrik

Swasta
Penetapan Taman Nasional di Pegunungan Meratus Dinilai Ciderai Kehidupan Masyarakat Adat

Penetapan Taman Nasional di Pegunungan Meratus Dinilai Ciderai Kehidupan Masyarakat Adat

LSM/Figur
Langkah Hijau Apple, Pangkas Emisi Gas Rumah Kaca Global Lebih dari 60 Persen

Langkah Hijau Apple, Pangkas Emisi Gas Rumah Kaca Global Lebih dari 60 Persen

Pemerintah
Pengesahan UU Masyarakat Adat Jadi Wujud Nyata Amanat Konstitusi

Pengesahan UU Masyarakat Adat Jadi Wujud Nyata Amanat Konstitusi

LSM/Figur
KLH Tempatkan Tim Khusus Tangani Sampah Laut di Bali

KLH Tempatkan Tim Khusus Tangani Sampah Laut di Bali

Pemerintah
75 Tahun Hubungan RI-China Jadi Momentum Perkuat Pembangunan Hijau

75 Tahun Hubungan RI-China Jadi Momentum Perkuat Pembangunan Hijau

LSM/Figur
Pemprov DKI Pasang 111 Alat Pemantau Kualitas Udara, Bisa Diakses Lewat JAKI

Pemprov DKI Pasang 111 Alat Pemantau Kualitas Udara, Bisa Diakses Lewat JAKI

Pemerintah
KG Media Hadirkan Lestari Awards sebagai Ajang Penghargaan ESG

KG Media Hadirkan Lestari Awards sebagai Ajang Penghargaan ESG

Swasta
Tren Investasi Properti Indonesia Mengarah ke Keberlanjutan

Tren Investasi Properti Indonesia Mengarah ke Keberlanjutan

Pemerintah
Ahli Yakin Harimau Jawa Tak Mungkin Masih Ada dengan Kondisi Saat Ini

Ahli Yakin Harimau Jawa Tak Mungkin Masih Ada dengan Kondisi Saat Ini

LSM/Figur
Gapki Antisipasi Kebakaran Lahan Sawit Jelang Musim Kemarau

Gapki Antisipasi Kebakaran Lahan Sawit Jelang Musim Kemarau

LSM/Figur
Menteri LH: Gangguan Lingkungan di Pulau Kecil Masif akibat Tambang

Menteri LH: Gangguan Lingkungan di Pulau Kecil Masif akibat Tambang

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau