KOMPAS.com - Rencana pemerintah untuk mengembangkan 22 gigawatt (GW) pembangkit listrik tenaga gas bisa membuat energi terbarukan terkunci atau jalan ditempat.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, 22 GW bukanlah angka yang kecil.
Pasalnya, akan ada banyak investasi yang masuk ke sana bila rencana tersebut benar-benar direalisasikan.
Baca juga: Studi: Ekspansi Gas Bumi untuk Transisi Energi Sebabkan Dampak Ekonomi hingga Kesehatan
Hal tersebut disampaikan Bhima dalam peluncuran laporan terbaru dari Celios dan Greenpeace Indonesia, Kamis (24/4/2025).
"Karena begitu investasi besar-besaran ke pembangkit, akan sulit bagi pemain di sektor energi terbarukan untuk masuk," kata Bhima dalam acara tersebut yang diikuti secara daring.
Bhima menyampaikan, realisasi pembangkit listrik tenaga gas dalam kapasitas yang besar juga turut memegaruhi jaringan listrik dan transmisi yang ada.
Apabila jaringan listrik dan transmisi hanya bisa mengakomodasi pembangkit skala besar, akan semakin sulit bagi energi terbarukan untuk memanfaatkannya.
Baca juga: Gas Bumi untuk Transisi Energi Dinilai Jadi Beban Ekonomi di Masa Depan
Bhima menambahkan, pengembangan pembangkit listrik tenaga gas juga perlu melihat hulu di tempat eksploitasi sampai di hilirnya.
"Infrastruktur gas itu dari mulai eksplorasi, eksploitasi, sampai dikirim kapal ke tempat pembangkit gas kalau dikalkulasi total jadi sangat mahal," jelas Bhima.
Menurut temuan Greenpeace Indonesia dan Celios, ekspansi pembangkit gas sebanyak 22 GW akan mengakibatkan lonjakan emisi karbon dioksida hingga 49,02 juta ton per tahun dan emisi metana hingga 43.768 ton per tahun.
Menurut temuan studi tersebut juga, pembangkit listrik tenaga gas juga akan menurunkan output ekonomi sebesar Rp 941,4 triliun secara akumulatif hingga 2040.
Baca juga: Apple Umumkan Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca Sebesar 60 Persen
Sedangkan pembangkit listrik tenaga gas siklus gabungan akan menurunkan output hingga Rp 280,9 triliun.
Di sisi lain, jika berfokus pada pengembangan energi terbarukan, Indonesia akan mendapatkan kontribusi perekonomian sebesar Rp 2.627 triliun pada 2040.
Jumlah serapan tenaga kerja bila pembangkit terbarukan skala komunitas dikembangkan secara masif bisa mencapai 20 juta orang pada 2040.
Baca juga: Diklaim Ramah Lingkungan, Penerbangan Katy Perry Dkk Masih Timbulkan Emisi Gas Rumah Kaca
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya