KOMPAS.com - Perusahaan-perusahaan asal China disebut membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara di Indonesia dengan total kapasitas 7,7 gigawatt (GW).
Mayoritas PLTU batu bara tersebut dimanfaatkan untuk kebutuhan smelter nikel di Indonesia.
Temuan tersebut mengemuka berdasarkan laporan terbaru lembaga think tank energi global, Global Energy Monitor (GEM), Senin (28/4/2025).
Baca juga: PLN Mengaku Siap Kaji Pensiun Dini PLTU Batu Bara
Menurut laporan GEM, Indonesia merupakan penerima investasi terbesar dari proyek Belt and Road Initiative (BRI) China. Hampir semua investasi tersebut diarahkan ke sektor energi.
Dalam beberapa tahun terakhir, investasi dari perusahaan asal China memiliki peran yang penting terhadap pertumbuhan PLTU captive untuk pemurnian bijih logam.
Pembangunan PLTU batu bara di Indonesia tersebut merupakan sebagian dari ekspansi PLTU batu bara China di luar negeri.
Di sisi lain, ekspansi PLTU batu bara tersebut bertentangan dengan janji "Negeri Panda" yang dilontarkan pada 2021, sebagaimana dilansir Reuters.
Baca juga: RI Perlu Pensiunkan 72 PLTU, Cegah Suhu Bumi Naik 1,5 Derajat Celsius
Pada 2021, Presiden China Xi Jinping mengumumkan, China tidak akan lagi membantu membangun atau membiayai PLTU batu bara di luar negeri.
Akan tetapi, sejak 2021 sampai sekarang, setidaknya ada 26,2 GW kapasitas PLTU batu bara baru yang telah dibangun dan dibeking oleh China di luar negeri.
GEM juga melaporkan, 62 persen dari kapasitas pembangkit listrik yang sedang dibangun di 10 negara dan mitra BRICS bergantung pada perusahaan milik negara China.
Ketergantungan tersebut mencakup pembiayaan, pengadaan, rekayasa, atau konstruksi.
Baca juga: Peta Jalan Transisi Energi Dinilai Dukung Pensiun Dini PLTU
James Norman dari Global Integrated Power Tracker GEM menuturkan, sebaiknya negara-negara anggota baru dan mitra BRICS mengikuti arah perkembangan energi terbarukan.
"Ada risiko nyata untuk mengarahkan negara-negara ini ke jalan yang salah dengan berinvestasi pada batu bara, gas, dan minyak," kata Norman.
Diberitakan Kompas.com sebelumnya, kapasitas terpasang PLTU batu bara captive di Indonesia meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir dan terus bertambah.
Menurut analisis Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) dan GEM, kapasitas PLTU captive di Indonesia pada 2026 bisa menyalip kapasitas terpasang PLTU di Australia.
Baca juga: Bahlil Teken Peta Jalan Transisi Energi, PLTU Bisa Pensiun Dini Asalkan...
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya