KOMPAS.com — Benedict atau yang lebih di kenal dengan Bule Sampah, mengatakan bahwa kunci utama Indonesia bersih dari sampah adalah masyarakat yang tidak malas.
Hal ini ia sampaikan dalam acara Akademi Sekolah Lestari (ASRI) berkolaborasi dengan Komunitas Pilah Sampah episode Pilah-Pilih Sampah yang digelar di SMAN 78 Jakarta pada Rabu (30/04/2025).
“Tidak malas untuk belajar, tidak malas mempraktikkan pengelolaan sampah dalam keseharian, dan tidak malas untuk terus menjaga motivasi dalam memelihara lingkungan.” ujarnya.
Lebih lanjut, Ben menjelaskan bahwa dalam pandangan psikologi, terdapat tiga tahapan penting untuk mendorong perubahan: kapasitas, kesempatan, dan motivasi (kemauan).
Menurutnya, Indonesia sudah memiliki kapasitas dan kesempatan untuk menjadi negara yang bersih dari limbah. Namun, masalah justru terletak pada aspek ketiga.
“Sebagian besar masyarakat kekurangan motivasi untuk bergerak mewujudkan negara yang bersih,” ujarnya.
Ia menilai bahwa, layaknya limbah yang tidak dikelola dengan baik, kurangnya motivasi ini juga disebabkan oleh minimnya edukasi dan perhatian dari banyak pihak terhadap isu persampahan.
Berdasarkan pengamatannya, masyarakat Indonesia cenderung menganggap sampah hanya sebagai sisa, seolah tidak memiliki keterkaitan dengan aspek kehidupan lainnya.
Padahal, jika tidak dikelola dengan baik, sampah bisa mencemari sumber daya alam yang seharusnya bermanfaat bagi masyarakat luas.
Sampah juga berdampak pada kesehatan, bukan hanya secara individu, tetapi juga secara kolektif. Selain itu, ia mengingatkan bahwa sampah turut menyebabkan kerugian ekonomi yang harus ditanggung negara.
“Indonesia pasti kehilangan jutaan dollar dengan berkurangnya sektor pariwisata karena pantai yang kotor dan rusak akibat sampah,” kata Ben.
Ungkapan Ben selaras dengan data dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada tahun 2024 menunjukkan bahwa sampah menjadi masalah besar yang mengancam sektor pariwisata di Indonesia. Kerugian ekonomi akibat kebocoran sampah plastik ke laut diperkirakan mencapai 125 hingga 225 triliun rupiah per tahun.
Karena itu, Ben berharap masyarakat dan pemerintah bisa bergerak lebih proaktif menanggulangi persoalan ini. Ia menekankan bahwa harapan itu bukan ditujukan untuk masa depan yang jauh, melainkan bisa dimulai sekarang.
Setidaknya, mulai esok hari, satu dari dua orang tergerak untuk membawa botol minum, membawa tempat makan sendiri sehingga tidak lagi menggunakan botol plastik dan styrofoam; serta menggunakan tas belanja yang bisa dipakai berulang kali.
Baca juga: Bule Sampah Benedict Wermter: Atasi Sampah Tak Cukup dengan Aksi Bersih-bersih
“Hal-hal kecil seperti itu bisa dilakukan mulai besok. Intinya, jangan malas, jangan tidak peduli,” tegasnya.
Ben kembali mengingatkan untuk tidak melupakan sejarah kalau Indonesia dulunya adalah negeri yang bersih. Menurutnya, negeri ini bisa kembali ke keadaan itu dengan kemauan yang kuat.
Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa mencari motivasi untuk mulai peduli pada lingkungan sebenarnya tidaklah sulit.
“Kuncinya, jangan malas,” ujarnya.
Jangan malas untuk membiasakan diri terpapar informasi tentang pentingnya peduli kepada sampah.
Salah satunya bisa dilakukan dengan mengikuti inisiatif edukasi terkait sampah seperti yang diadakan oleh Akademi Sekolah Lestari (ASRI) dan memahami bagaimana peran individu dapat berkontribusi bagi kebersihan Indonesia.
“Tinggal tetap konsisten membiasakan diri, agar usaha sederhana ini bisa membawa dampak yang signifikan bagi kebersihan negara,” pungkasnya.
Sebagai informasi, Akademi Sekolah Lestari (ASRI) adalah inisiatif Kompas Gramedia yang bertujuan untuk mengupayakan dan mempersiapkan generasi mendatang untuk menghadapi isu-isu keberlanjutan (sustainability).
ASRI merangkul SMA/SMK sederajat di seluruh Indonesia untuk berpartisipasi dan berkomitmen dalam upaya keberlanjutan.
Baca juga: Mau Atasi Sampah, Perlu Ubah Dulu Pola Pikir Anak Sekolah
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya