Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Punya Banyak Manfaat, Kota Harus Utamakan Infrastruktur Hijau

Kompas.com, 2 Mei 2025, 17:17 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Ruang hijau di perkotaan bukan hanya untuk mempercantik kota, tetapi memiliki peran krusial dalam membuat kota lebih kuat menghadapi perubahan iklim, meningkatkan kesehatan masyarakat, dan menciptakan lingkungan yang lebih adil bagi semua warganya.

Hal tersebut terungkap dari makalah internasional yang diterbitkan Global Center for Clean Air Research (GCARE) dari University of Surrey, Inggris.

Studi tersebut menyebut bahwa penghijauan perkotaan termasuk jalan-jalan yang lebih dingin, udara dan air yang lebih bersih memiliki berbagai manfaat seperti peningkatan kesehatan mental dan keanekaragaman hayati yang lebih besar.

Sudah ada beberapa contoh nyata di berbagai kota di dunia.

Misalnya, 'City in Nature' Singapura telah mencapai keberhasilan besar dengan koridor hijau dan taman vertikalnya yang membantu mengurangi panas dan mendukung keanekaragaman hayati.

Baca juga: Perubahan Iklim Ancam Situs Arkeologi di Pesisir

Lalu di Cardiff, lebih dari 80.000 pohon telah ditanam sebagai bagian dari Strategi Satu Planet kota, sementara Kopenhagen telah mengintegrasikan atap hijau dan lingkungan yang tahan terhadap iklim untuk mengelola risiko banjir dan meningkatkan kualitas hidup.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Sustainable Cities, juga menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat dan memastikan semuanya memiliki kesempatan yang sama untuk menikmati ruang hijau.

Hal tersebut menurut peneliti perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya gentrifikasi hijau.

Itu merupakan situasi di mana peningkatan kualitas lingkungan misalnya, pembangunan taman justru menyebabkan harga properti dan biaya hidup di sekitarnya naik, sehingga penduduk asli yang berpenghasilan rendah terpaksa pindah karena tidak mampu lagi membayar.

"Penghijauan kota dapat menjadi solusi yang hemat biaya dan praktis untuk beberapa tantangan paling mendesak yang kita hadapi, mulai dari perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati hingga meningkatnya ketidaksetaraan kesehatan," ungkap Profesor Prashant Kumar, pendiri GCARE dan penulis utama makalah.

"Infrastruktur berbasis alam bukan hanya peningkatan estetika yang 'bagus untuk dimiliki' tetapi juga komponen mendasar dari pembangunan perkotaan yang berkelanjutan," tambahnya, seperti dikutip dari Phys, Jumat (2/5/2025).

Untuk membantu kota-kota mewujudkan penghijauan perkotaan dalam skala besar, para ahli menyerukan tindakan terpadu yang memasukkan unsur alam ke dalam setiap tahap perencanaan dan kebijakan.

Ini termasuk memberikan insentif kepada pengembang properti untuk memprioritaskan infrastruktur berbasis alam dan memastikan pendanaan jangka panjang.

Baca juga: Studi Ungkap, Ruang Hijau di Tepi Jalan Tingkatkan Keragaman Kupu-Kupu

Lebih lanjut, berbagai alat seperti Kecerdasan Buatan (AI), Sistem Informasi Geografis (GIS), dan penginderaan jauh semakin memungkinkan kota-kota untuk memetakan risiko lingkungan, memberikan informasi untuk desain yang lebih cerdas, dan memantau dampak jangka panjang dari infrastruktur hijau.

Jika kemajuan teknologi ini digunakan bersamaan dengan pengambilan keputusan yang didasarkan pada data yang akurat, maka hal ini dapat mempercepat pencapaian berbagai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang ditetapkan oleh PBB dan mendukung pelaksanaan program penghijauan perkotaan dalam skala yang besar.

"Penghijauan kota adalah tindakan yang sangat penting dalam menghadapi pemanasan global karena kemampuannya menurunkan suhu di perkotaan dan mengurangi panas dalam bangunan," kata Profesor Veronica Soebarto, inisiatif utama di Green Urban Futures.

"Selain itu, penghijauan juga memberikan manfaat lain seperti membawa alam ke kota, meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan penduduk, serta membuat kota menjadi tempat yang lebih layak untuk ditinggali," paparnya lagi.

Baca juga: 10 Kabupaten Kota di Riau Umumkan Status Siaga Karhutla

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Refleksi Filsafat Ekologis, Tempat Keramat dan Etika Lingkungan
Refleksi Filsafat Ekologis, Tempat Keramat dan Etika Lingkungan
Pemerintah
RI Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Jika Andalkan Sektor Pertanian
RI Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Jika Andalkan Sektor Pertanian
LSM/Figur
DAMRI Jalankan 286 Bus Listrik, Potensi Kurangi 72.000 Ton Emisi per Tahun
DAMRI Jalankan 286 Bus Listrik, Potensi Kurangi 72.000 Ton Emisi per Tahun
BUMN
Miangas hingga Wamena, FiberStar Genjot Akselerasi Digital di Wilayah 3T
Miangas hingga Wamena, FiberStar Genjot Akselerasi Digital di Wilayah 3T
Swasta
Pelaku Bisnis Luncurkan Program Sertifikasi Produksi Kaca Rendah Karbon
Pelaku Bisnis Luncurkan Program Sertifikasi Produksi Kaca Rendah Karbon
Pemerintah
Perubahan Iklim Diprediksi Tekan Pendapatan Dunia hingga 17 Persen
Perubahan Iklim Diprediksi Tekan Pendapatan Dunia hingga 17 Persen
LSM/Figur
ISSB Usulkan Pelaporan Emisi Metana Scope 1 untuk Perusahaan Energi
ISSB Usulkan Pelaporan Emisi Metana Scope 1 untuk Perusahaan Energi
LSM/Figur
Konflik Agraria di Balik Banjir Sumatera, Mayoritas Disebut Dipicu Perkebunan Sawit
Konflik Agraria di Balik Banjir Sumatera, Mayoritas Disebut Dipicu Perkebunan Sawit
Pemerintah
Ketika Motor Listrik Jadi Andalan Ojol untuk Cari Rezeki
Ketika Motor Listrik Jadi Andalan Ojol untuk Cari Rezeki
Pemerintah
Sampel Udara Berusia 35 Tahun Tunjukkan Perubahan Ritme Alam akibat Iklim
Sampel Udara Berusia 35 Tahun Tunjukkan Perubahan Ritme Alam akibat Iklim
LSM/Figur
Hadapi Regulasi Anti-Deforestasi UE, Sawit dan Kayu Indonesia Dilacak hingga ke Kebunnya
Hadapi Regulasi Anti-Deforestasi UE, Sawit dan Kayu Indonesia Dilacak hingga ke Kebunnya
Swasta
IBF dan AKCI Resmi Jalin Kolaborasi Perdana untuk Pelestarian Ekosistem di Lombok
IBF dan AKCI Resmi Jalin Kolaborasi Perdana untuk Pelestarian Ekosistem di Lombok
LSM/Figur
RSPO Belum Terima Laporan Dugaan Anggota Sebabkan Banjir Sumatera
RSPO Belum Terima Laporan Dugaan Anggota Sebabkan Banjir Sumatera
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau