Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Baru Sebut Larangan Kantong Plastik Ampuh Kurangi Penggunaan

Kompas.com - 23/06/2025, 14:08 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Polusi plastik tetap menjadi salah satu ancaman lingkungan terbesar yang jumlahnya kian hari makin tak terkendali.

Pertanyaannya, jika plastik ada di mana-mana, apa yang dapat kita lakukan untuk mengatasinya?

Sebuah studi baru menunjukkan setidaknya ada satu strategi yang mampu untuk mengekang penggunaan sampah plastik yang sangat bermasalah.

Menurut studi tersebut, seperti dikutip dari Popular Science, Senin (23/6/2025), larangan penggunaan kantong plastik berhasil mengurangi sampah plastik di sepanjang pantai, danau, dan sungai.

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Science ini didapat setelah peneliti menggabungkan informasi ratusan kebijakan yang ditetapkan di seluruh AS antara 2017 hingga 2023 serta data sains warga dari lebih 45.000 kegiatan bersih-bersih garis pantai yang dilakukan antara 2016 hingga 2023.

Baca juga: Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan

Wilayah yang sudah menerapkan kebijakan larangan penggunaan kantong plastik jumlahnya secara signifikan lebih sedikit dalam keseluruhan sampah yang terkumpul. Hasil Ini dibandingkan dengan daerah yang tidak punya kebijakan tentang kantong plastik.

Secara rata-rata, pengurangan jumlah kantong plastik sekali pakai di daerah yang memberlakukan larangan kantong plastik adalah antara 25 hingga 47 persen.

"Kebijakan penggunaan kantong plastik ini efektif dalam membatasi, meskipun tidak menghilangkan, sampah kantong plastik di lingkungan,” kata Anna Papp, salah satu penulis studi dan ekonom lingkungan serta peneliti pascadoktoral baru di MIT.

Studi sebelumnya telah menyimpulkan bahwa larangan penggunaan kantong plastik dan mengenakan biaya memang mengubah perilaku pelanggan, sehingga jumlah kantong plastik sekali pakai yang didistribusikan di toko kelontong berkurang.

Namun, hanya ada sedikit analisis kuantitatif tentang bagaimana perubahan perilaku tersebut berdampak pada lingkungan.

Sebagian besar kebijakan penggunaan kantong plastik hanya berlaku di tempat-tempat tertentu, jadi kantong plastik masih beredar, bahkan di tempat-tempat yang melarangnya.

Baca juga: Bagaimana Agar Pabrik Tahu Tak Pakai Plastik untuk Bahan Bakar?

Studi baru ini merupakan salah satu penelitian pertama yang ditinjau sejawat untuk menilai gambaran plastik yang lebih luas.

Selain temuan bahwa larangan ini berhasil, para peneliti selanjutnya menemukan bahwa larangan total dan pajak kantong plastik lebih efektif daripada larangan parsial.

Satu temuan yang juga menjanjikan adalah di area yang menerapkan larangan kantong plastik, tampaknya ada lebih sedikit insiden satwa liar terjerat dibandingkan dengan area yang tidak memberlakukan larangan.

Namun, penting untuk dicatat bahwa belum ada cukup data mengenai satwa liar untuk secara pasti menyimpulkan bahwa larangan kantong plastik adalah penyebab langsung dari peningkatan ini. Ini masih berupa observasi yang mengindikasikan kemungkinan adanya hubungan.

Lebih lanjut, meskipun ada kabar baik tentang penurunan kantong plastik di beberapa area karena larangan atau pungutan, secara keseluruhan sampah kantong plastik sebenarnya meningkat di sebagian besar lokasi selama periode penelitian tujuh tahun, baik ada larangan maupun tidak.

"Dibandingkan dengan tidak adanya kebijakan, larangan kantong plastik jelas lebih baik dalam mengurangi sampah kantong plastik. Namun kebijakan yang hanya berfokus pada konsumen mungkin tidak cukup untuk menghentikan polusi plastik secara keseluruhan," papar Kimberly Oremus, salah satu penulis studi dan ekonom lingkungan di University of Delaware.

Pasalnya, saat ini kantong plastik dan plastik sekali pakai secara umum menjadi sangat praktis, murah, dan tersedia di banyak tempat. Sehingga tidak mengherankan bahwa penggunaan kantong plastik secara keseluruhan terus meningkat.

Baca juga: Terurai dalam Sejam, Inovasi Plastik dari Jepang Bawa Harapan di Tengah Kebuntuan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Berbagi untuk Kemanusiaan, JNE dan TIKI Salurkan Mobil Ambulans untuk Warga Makasar Jaktim
Berbagi untuk Kemanusiaan, JNE dan TIKI Salurkan Mobil Ambulans untuk Warga Makasar Jaktim
Swasta
Kemenhut Bakal Wajibkan Asuransi Premium bagi Pendaki Gunung Rinjani
Kemenhut Bakal Wajibkan Asuransi Premium bagi Pendaki Gunung Rinjani
Pemerintah
Gunung Rinjani Kembali Dibuka tapi Pengunjung Tak Bisa Sembarangan Mendaki
Gunung Rinjani Kembali Dibuka tapi Pengunjung Tak Bisa Sembarangan Mendaki
Pemerintah
Kemiskinan di Indonesia Tak Bisa Diselesaikan Hanya dengan Bansos
Kemiskinan di Indonesia Tak Bisa Diselesaikan Hanya dengan Bansos
LSM/Figur
Hidrogen Hijau Jadi Solusi Dekarbonisasi Industri di Negara Berkembang
Hidrogen Hijau Jadi Solusi Dekarbonisasi Industri di Negara Berkembang
Pemerintah
Emisi Karbon Hitam di Negara Berkembang Lebih Tinggi dari Perkiraan
Emisi Karbon Hitam di Negara Berkembang Lebih Tinggi dari Perkiraan
Pemerintah
Biochar dari Limbah Manusia Dapat Atasi Kelangkaan Pupuk Global
Biochar dari Limbah Manusia Dapat Atasi Kelangkaan Pupuk Global
Pemerintah
Lembaga Filantropi Lebih Terlatih Atasi Kemiskinan ketimbang Negara
Lembaga Filantropi Lebih Terlatih Atasi Kemiskinan ketimbang Negara
LSM/Figur
Survei Deloitte: Hanya 38 Persen Karyawan Percaya Perusahaan Peduli Isu Lingkungan
Survei Deloitte: Hanya 38 Persen Karyawan Percaya Perusahaan Peduli Isu Lingkungan
Swasta
Masjid Bisa Jadi Pusat Pemberdayaan EKonomi atasi Tantangan Bonus Demografi
Masjid Bisa Jadi Pusat Pemberdayaan EKonomi atasi Tantangan Bonus Demografi
LSM/Figur
Guru Besar IPB Ungkap Nilai Jual Tanah Jadi Pemicu Utama Pembakaran Lahan
Guru Besar IPB Ungkap Nilai Jual Tanah Jadi Pemicu Utama Pembakaran Lahan
LSM/Figur
Karhutla di Sumatera Picu Kematian Gajah akibat Terbakarnya Habitat
Karhutla di Sumatera Picu Kematian Gajah akibat Terbakarnya Habitat
LSM/Figur
Pasar Modal Salurkan Bantuan Infrastruktur, Kesehatan, dan Pendidikan di Aceh
Pasar Modal Salurkan Bantuan Infrastruktur, Kesehatan, dan Pendidikan di Aceh
Swasta
RI Usulkan Pendanaan Iklim Rp 1,4 T ke GCF untuk Pangkas Emisi
RI Usulkan Pendanaan Iklim Rp 1,4 T ke GCF untuk Pangkas Emisi
Pemerintah
Jatuh Sakit Usai Terpisah dari Induk, Anak Gajah Yuni Akhirnya Tutup Usia
Jatuh Sakit Usai Terpisah dari Induk, Anak Gajah Yuni Akhirnya Tutup Usia
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau